1. Keingkaran manusia dimasa Nabi Isa as.
Melakukan pembunuhan kepada Rasulullah terjadi pada masa ini.
Isa as. adalah salah satu manusia sekaligus sebagai utusan Allah yang kelahirannya tidak diikuti atau didampingi syetan, karena Allah mengaruniai Roh suci secara langsung dariNya dengan sabdaNya “ KUN ” (jadilah) tanpa melalui nafsu syahwat sebagaimana manusia-manusia lain didunia.
Isa as. atau Isa Al Masih (tidak berbapa) yang juga bernama Yesus kemudian oleh murid-murid dan pengikutnya disebut juga dengan sebutan Yesus Kristus (Yesus yang suci), dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea di-zaman raja Herodes oleh seorang wanita bernama Maryam (Maria) dari keluarga Ali Imron yang dikasihi Allah.
Allah berfirman :
Ingatlah ketika Malaikat berkata kepada Maryam : “ sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikan dan melebihkanmu dari wanita-wanita lainnya didunia “. (Q. S. 3 - Ali Imran – 42)
Allah berfirman :
Ingatlah pula ketika Malaikat berkata : “ Hai Maryam ! Sesungguhnya Allah menyampaikan berita gembira dengan kata cipta (Kun) jadilah Al Masih (tanpa bapa), Isa bin Maryam, orang terhormat didunia dan diakherat, termasuk orang-orang yang dekat dengan Allah. (Q. S. – 3 / Ali Imran – 45)
Maryam berkata :
“ Yaa Allah ! Bagaimana aku dapat memperoleh anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun ? “. Allah berfirman dengan perantaraan Malaikat Jibril : “ Begitulah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Bila Dia menghendaki sesuatu, hanya tinggal mengucapkan saja “ Kun “ lalu jadilah ia. (Q. S. 3 / Ali Imran – 47)
Allah berfirman :
Dia dapat berbicara dengan orang lain ketika masih didalam kandungan dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk orang baik-baik. (Q. S. 3 – Ali Imran – 46)
Allah berfirman :
Allah akan mengajarkan kepadanya menulis dan membaca Kitab-kitab suci, ilmu kebijaksanaan, Taurat dan Injil. ( Q. S. 3 / Ali Imran- 48 )
Taurat dan injil diajarkan Allah kepada Isa as. sejak ia berada didalam kandungan ibunya, karena itu setiap ucapan atau ajaran Isa as., kemudian oleh murid-muridnya atau penganut-penganutnya diyakini sebagai Firman Allah.
Tanda mukjizat Isa as dapat menghidupkan burung yang dibuat dari tanah liat dan menghidupkan orang mati, hanya Allah-lah pemiliknya, karena itu Isa as. oleh pengikutnya dianggap sebagai anak Allah yang kemudian disebut dengan Tuhan Yesus sedangkan Allah sendiri disebut dengan Allah Bapa atau Tuhan Bapa.
Isa as. bersabda :
“ Aku datang membenarkan kitab Taurat yang datang terlebih dahulu dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian dari apa yang dahulu sudah pernah diharamkan kepada kalian dan aku datang dengan membawa mukjizat dari Tuhan kalian. Karena itu bertakwalah kalian kepada Allah dan taatlah kepadaku ! “ (Q. S. 3 – Ali Imran - 50)
Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan juga Tuhan kalian; sembahlah Dia ! Inilah jalan yang lurus. ( Q. S. 3 / Ali Imran- 51).
Isa as. bersabda sebagai berikut :
Kasihilah Allah Tuhanmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Hukum yang kedua : Kasihilah sesama manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah seluruh dasar hukum Taurat dan kitabnya para nabi. {Injil Matius 22 ( 37/40 )}
Bukan yang masuk kedalam mulut yang menajiskan orang melainkan yang keluar *) dari mulut itulah yang menajiskan. {Injil Matius 15 ( 11 )}
*) bukan hanya makanan tetapi juga termasuk kata-kata yang kotor dan jorok itupun dianggap najis.
Dikisahkan salah seorang murid Isa as. bertanya : Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal ?
Isa as. menjawab :“
Mengapa kau katakan aku baik ? Tak seorangpun yang baik selain Allah. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah ; Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, ja-ngan mengurangi hak orang, hormatilah ayah dan ibumu “.
Muridnya menjawab :
Semuanya telah kuturuti sejak masa mudaku.
Isa as. menjawab :
“ Hanya satu lagi kekuranganmu :
Pergilah, juallah apa yang kau miliki dan berikan itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan memperoleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah aku “.
Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab ia banyak hartanya ( ia orang kaya ).
Melihat hal demikian Isa as. bersabda kepada murid-muridnya yang lain :
“ Wahai anak-anakku, alangkah sukarnya masuk Syurga. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum dari pada seorang kaya masuk Syurga “. {Injil Markus 10 ( 18/26 )}
Injil ini tertulis didalam Al Qur’an Al “Adiyat – Q. S. 100 – 6/8.
Allah berfirman :Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar kepada Allah dan tidak berterima kasih. Meskipun didalam hati kecilnya dia mengerti, tetapi dia tetap bakhil, karena cintanya kepada harta. (Al ‘Adiyat – Q. S. 100 - 6/8)
Ajaran Isa as. (Isa Al Masih) :
Tentang mengasihi .
Isa as. bersabda kepada murid-muridnya :
“ Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membencimu ; mintalah berkat bagi orang yang mengutukmu ; berdoalah bagi orang yang mencacimu, barang siapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barang siapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu dlsb. “ {Injil Lukas 6 (27/30)}.
Tentang menghakimi .
Isa as. bersabda kepada murid-muridnya :“
Janganlah kamu menghakimi 1*), maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum 2*) maka kamupun tidak akan dihukum ; ampunilah maka kamupun akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu “ {Injil Lukas 6 ( 37/38 )}.
1*) maksudnya mencela orang.
2*) maksudnya menyalahkan orang.
Injil ini bermaksud menerangkan bahwa setiap perbuatan manusia, baik atau buruk, pasti ada balasannya.
Tentang kekuatan iman.
Dikisahkan Isa as. kedatangan orang yang anaknya menderita penyakit dan sangat menderita dan berkata : “ Aku sudah membawanya kepada murid-muridmu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya.
Isa as. bersabda:“
Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal diantara kamu ? berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu kemari “! Dengan keras Isa as. menegor dia, lalu keluarlah Syetan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga “.
Ketika Isa as. sendirian datanglah murid-muridnya lalu bertanya :“ Mengapa kami tidak dapat mengusir Syetan itu ?”
Jawab Isa as. kepada muridnya :
“ Karena kamu kurang percaya, sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman besarnya sebutir biji sawi saja, maka kamu dapat memindahkan gunung ini dengan hanya berkata : “ Pindahlah dari tempat ini kesana “ maka gunung ini akan pindah. dan tak akan ada yang mustahil bagimu “. {Injil Matius 17 ( 14/20 )}.
Tentang memberi sedekah.
Isa as. bersabda :
“ Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Allah melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu “. {Injil Matius 6 ( 3/4 )}.
Meskipun Isa as. telah banyak mengajarkan kebajikan dan cara-cara beribadah yang benar kepada Allah swt. namun ajaran-ajaran kebajikan tersebut, dianggap ancaman dan akan meruntuhkan kekuasaan penguasa waktu itu, dan bahkan ada murid Isa as. (Yudas) yang mengkhianatinya dan berpihak pada penguasa pada waktu itu.
Yudas berkata kepada orang-orang Yahudi yang akan menangkap Isa as. bahwa orang yang bertemu dan dicium tangkaplah, dia itulah Isa as. ( maksud Yudas untuk menggugah Isa as agar melawan dengan kekerasan kepada Penguasa waktu itu, tetapi tidak berhasil, karena Isa as. cinta pada perdamaian ).
Sudah menjadi kebiasaan hukum waktu itu tiap-tiap hari raya membebaskan satu orang hukuman atas pilihan orang banyak.
Saat itu bersamaan dengan ada seorang penjahat besar yang bernama Yesus Barabas dibawa bersama Isa as. yang dikenal dengan Yesus Kristus, dihadapkan pada orang banyak untuk memilih siapa salah satu diantaranya yang harus dibebaskan.
Oleh karena orang-orang telah banyak dihasut dan disesatkan oleh orang-orang Yahudi yang merasa terancam akan dihancurkan oleh ajaran-ajaran Isa as. maka mereka lebih memilih Yesus Barabas yang dibebaskan, sedangkan Isa as. yang juga bernama Yesus Kristus itulah yang harus dihukum mati.
Menurut keyakinan pengikut-pengikut Isa as. yang mereka sebut dengan Yesus Kristus, hukuman matinya dilaksanakan dengan disalib, karena waktu itu hukuman mati kepada para penjahat besar dilaksanakan dengan cara disalib dan Isa as. oleh kaum Yahudi digolongkan penjahat besar.
Kelak menurut kepercayaan dan keyakinan pengikut Nabi Besar Muhammad saw. bahwa Isa as. atau Yesus Kristus wafatnya tidak disalib, keyakinan itu sumbernya dari Firman Allah dalam An Nisa- QS. 4 – 157 dan di dalam An Nisa 158 Allah telah mengangkat Isa as. ketempat yang mulia.
Allah berfirman :
Ingatlah ketika Allah berfirman : “ Hai Isa ! Aku akan mematikanmu dan mengangkat derajadmu disisiKu, serta membersihkanmu dari tuduhan orang-orang kafir. Dan pengikut-pengikutmu akan Aku jadikan lebih mulia daripada orang-orang kafir sampai pada hari kiamat. Ke mudian kepadaKu-lah tempat kembalimu. Nanti akan Aku beri keputusan kepadamu tentang persoalan yang kamu perselisihkan itu. “( Q. S. 3/Ali Imran - 55 )
Adapun orang-orang kafir itu, nanti akan Kusiksa dengan siksaan yang berat didunia dan di akhirat. Dan tidak ada orang yang dapat menolongnya. ( Q. S. 3/ Ali Imran – 56 )
Tetapi orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat ganjaran sepenuhnya. Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (Q. S. 3 – Ali Imran – 57)
Demikianlah bukti-bukti kerasulan Isa yang kami bacakan kepadamu dalam Al Qur’an. Q. S. 3 – 58.
2. Keingkaran manusia dimasa menjelang Muhammad saw.
Meskipun masa kehidupan Ibrahim as. dengan Nabi Besar Muhammad saw. jauh rentang waktunya, tetapi keduanya mempunyai hubungan sangat dekat, karena Ibrahim as. telah menanamkan sendi-sendi Islam sebagai Agama Samawi yang cinta pada tauhid dan tidak tergolong kaum musyrikin.
Allah berfirman :
Katakanlah ! : “ Maha benar apa yang di-firmankan Allah. Oleh karena itu ikutilah Agama Ibrahim yang cinta tauhid. Ia bukanlah ter-masuk orang-orang yang musyrik. ( Ali ‘Imran – Q. S. 3 – 95 ).
Melalui putranya Ibrahim as. yakni Ismail as. ialah orang yang pertama kali, menjadikan Mekah sebagai tempat tinggalnya kemudian bersama-sama dengan Ibrahim as. dibangunnya pula tempat peribadatan pertama kali untuk manusia yang sudah diberi berkah dan bimbingan semesta alam dan barang siapa yang memasukinya menjadi merasa aman.
Allah berfirman :
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat peribadatan/ibadah manusia ialah Baitullah ( Rumah Allah ) yang ada di-Bakkah (Mekah) yang selalu diberkati dan sebagai lambang serta petunjuk Manusia untuk alam semesta. (Q. S. 3 /Ali Imran– 96)
Allah berfirman :
Disitu terdapat bukti-bukti, yakni disitu terdapat tempat peribadatan Ibrahim dan barang siapa yang masuk kedalamnya, mereka merasa aman. Allah mewajibkan kepada Manusia untuk mengerjakan ibadah haji kerumah itu bagi yang mampu untuk kesana. Siapa yang ingkar sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak membutuhkan sesuatu dari alam semesta. (Q. S. 3 /Ali Imran– 97)
Perkawinan Ismail as. dengan Putrinya Mudzadz bin ‘Amr dari kabilah Jurhum mempunyai dua belas anak dan merekalah merupakan cikal bakal Arab Musta’riba.
Arab Musta’riba adalah hasil perkawinan silang antara kabilah Jurhum (asalnya istri Ismail as.) dengan Arab al ‘Ariba masih keturunan Ya’rub ibn Qahtan, dan dari sinilah cikal bakal Kabilah Quraisy berasal.
Sedangkan Ismail as. adalah keturunan Ibrahim as. yang berasal dari Irak dan Palestina sedangkan ibunya Ismail as. (St. Hajar) berasal dari Mesir.
Sejak Ibrahim as. dan Ismail as. mendirikan Baitullah sebagai tempat peribadatan, Allah telah mengutus beberapa Nabi sebagai utusanNya, untuk mengingatkan Manusia agar beribadah kepadaNya.
Namun karena kesombongan Manusia, maka ajakan para utusan Allah untuk beribadah pada Allah swt. ditolak, dihina dan bahkan ada yang dibunuhnya.
Saat Ka’bah dibangun, waktu itu Mekah hanya dihuni oleh kabilah Amalekit dan Jurhum. Setelah Ismail as. menetap disana, barulah Mekah menjadi semakin berkembang menjadi ramai dikunjungi dan ditinggali oleh kabilah-kabilah lain tetapi sebelum dikuasai kabilah Qushay, Mekah masih terbelakang dalam segala hal.
Meskipun Ibrahim as. dan Ismail as. telah menanamkan sendi-sendi agama Samawi yang cinta kepada Tauhid dan telah pula diturunkan beberapa utusan Allah, untuk mengingatkan mereka agar kembali menyembah dan mengagungkan Asma Allah Yang Maha Esa, tetapi Manusia selalu kembali kepada agama purbakala yang percaya pada Paganisme yang beribadah dan menyembah kepada bintang-bintang, batu-batu baik yang sudah dibentuk menjadi berhala, perhiasan maupun yang tidak berbentuk, kemudian mereka meyakini bahwa batu-batu itu dari bintang-bintang langit dan dianggap bertuah.
Orang-orang Arab beranggapan menyembah hajar aswad (batu hitam) yang diletakkan di dalam Ka’bah masih belum cukup, sehingga mereka mengambil batu-batu lain yang berada didalam atau disekitar Ka’bah atau batu-batu gunung yang dianggap bertuah dan berkhasiat yang dapat menambah kekuatan dan keberhasilan mereka.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana asal mula rumah ibadah kepada Allah swt. (Baitulllah) di Mekah itu dikuasai oleh golongan penganut aliran Paganisme dan sejak kapan perpindahan Agama Ibrahim as. kepada golongan penganut aliran Paganisme sampai ketangan kabilah Quraisy (Kabilahnya Nabi Besar Muhammad saw.) yang juga berpaham atau beraliran Paganisme.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka Mekahpun mengalami perkembangan, menjadi semakin ramai dikunjungi orang, baik sekedar lewat atau beribadah di-Baitulllah maupun yang ingin menetap disana.
Karena yang menjadi pusat perhatian di Mekah waktu itu adalah Ka’bah, maka yang ingin menjadi penguasa atau yang ingin menguasai Ka’bah juga menjadi semakin banyak.
Rebutan ingin menjadi penguasa Ka’bah bukan saja terjadi diantara kabilah dengan kabilah, tetapi juga terjadi didalam kabilah-kabilah itu sendiri yang ingin menjadi penguasa Ka’bah.
Menjelang Nabi Besar Muhammad s.a.w. , Ka’bah tersebut dibawah kekuasaan Abd’l Muttalib ( Kakek Nabi Besar Muhammad s.a.w. )
Mekah dimana tempat beradanya Ka’bah sebagai rumah suci atau pusat peribadatan menjadi semakin maju dan ramai, akhirnya menimbulkan iri pada daerah-daerah lain, kemudian mereka beramai-ramai mendirikan rumah suci sebagai tempat beribadah yang menyamai Ka’bah di Mekah atau mereka bermaksud ingin menggantikan Ka’bah di Mekah agar memalingkan perhatian dari Ka’bah di Mekah ketempat mereka.
Bahkan Abraha yang menghiasi rumah sucinya di Yaman dibuat dan dihiyasi dengan barang-barang yang mewah dan mahal-mahal, untuk mengalihkan perhatian mereka dari Ka’bah di Mekah agar beralih ketempat suci yang mereka buat, tetapi usaha mereka tidak berhasil.
Orang yaman sendiri datang ke Ka’bah di Mekah, karena mereka berkeyakinan jika tidak berziarah dan beribadah ke Ka’bah di Mekah, maka ibadahnya tidak syah.
Oleh karena keyakinan orang-orang tidak berubah atau tidak berpaling dari Ka’bah di Mekah, maka Abraha sipenguasa Nagus itu bermaksud akan menghancurkan Ka’bah (Baitullah) di-Mekah itu ia mengirimkan pasukannya dengan naik Gajah dan waktu itu Ka’bah dikuasai oleh Abd’l Muttalib kakek Nabi Besar Muhammad saw.
Pasukan Abraha yang naik gajah untuk meng hancurkan Ka’bah tidak berhasil, karena pasukan gajah tersebut sebelum menghancurkan Ka’bah, telah diserang oleh wabah penyakit cacar*) dan bahkan Abraha sendiri mati karena terserang penyakit cacar itu juga.
*) penyakit cacar dalam Al Qur’an, dikiaskan sebagai ababil (serombongan burung) yang membawa batu panas.
Peristiwa itu kemudian dikenal dan dinamai oleh orang Arab sebagai Tahun Gajah ( 570 M ). dan diabadikan dalam Al Qur’an.
Peristiwa itu sendiri semakin memperkuat posisi Mekah sebagai kota suci dan menambah keyakinan orang-orang Arab atas berhala-berhala disekitar atau yang berada di Ka’bah itulah yang telah menyelamatkan dari bencana kehancuran Ka’bah.
Kebiasaan mereka minum-minuman keras, bermabuk-mabukan disekeliling Ka’bah semakin menjadi–jadi, berhala-berhala menjadi semakin banyak, kedzaliman semakin merajalela, kemerosotan moral tidak terbendung, tipu menipu, kebohongan dalam segala bidang merupakan hal yang biasa dalam kehidupan mereka, hubungan sex bebas, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis, tukar menukar pasangan maupun pergantian pasangan bukan barang tabu lagi bagi kehidupan di Mekah baik didalam Ka’bah maupun diluar lingkaran Ka’bah disaat itu.
3. Ingkarnya manusia dimasa Nabi Muhammad saw.
Setelah kaumnya Musa as. dimusnahkan dan sebagaian kecil yang diselamatkan karena mengikuti perintah Allah, maka Allah sudah tidak pernah lagi, mendatangkan adzab untuk membunuh atau memusnahkan suatu kaum, meskipun mereka ingkar kepadaNya.
Dengan tidak dimusnahkannya suatu kaum secara masal, bukan berarti sudah tidak ada lagi Manusia yang ingkar kepada Allah atau Allah tidak akan menurunkan adzab lagi kepada Manusia yang ingkar kepadaNya.
Keingkaran Manusia dizaman atau dimasa apa saja tetap ada, tetapi cara menghukumNya atau memberi adzab sudah sangat berbeda dengan masa-masa sebelum diutusnya junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.
Orang Arab waktu itu masih menyembah berhala, batu-batuan baik yang berbentuk maupun tidak berbentuk yang dianggap keramat atau dikeramatkan sendiri oleh mereka.
Tiap bulan Ramadhan mereka mengikuti kebiasaan agama nenek moyangnya selalu mengasingkan diri dan bertapa mencari kesunyian dan ketenangan batin di Gua Hira.
Demikian juga dengan Muhammad sebelum memperoleh wahyu Allah ia juga membiasakan diri menyepi di gua Hira tersebut dengan membawa bekal yang cukup sampai habisnya bulan Ramadhan.
Muhammad adalah seorang pemuda yang kritis, cerdas dan jujur serta berperilaku santun sehingga banyak orang hormat dan simpati kepadanya.
Allah-pun juga mempercayakan kepada Muhammad untuk menjadi UtusanNya, kemudian diturunkanlah Firman-FirmanNya kepada Muhammad untuk disampaikan kepada Manusia yang sesat jalannya, agar akhlaqnya menjadi baik dan berjalan dijalan yang lurus.
Muhammad saw. menyebarkan wahyu Allah dengan santun dan penuh dengan ajakan perdamaian, karena kesantunan Muhammad saw. dan ajakan penuh dengan kedamaian dalam menyebarkan agama barunya, maka tak heran akhirnya agama Islam berkembang dengan pesat dan banyak pengikutnya.
Perang yang berkembang di-jaman Muhammad saw. bukan dalam rangka menyebarkan atau mengembangkan Agama Islam, melainkan terpaksa dilakukan untuk membela diri dalam menegakkan agama Allah.
Meskipun perang waktu itu merupakan kebiasaan orang Arab untuk mencapai atau untuk memperoleh apa yang diinginkan, tetapi Muhammad saw. dalam mengembangkan agama Islam tidak dengan cara perang, melainkan dengan cara damai dan santun serta menarik simpati masyarakat non Islam supaya masuk menjadi pemeluk Islam.
Perang yang sekarang dikenal dengan perang Jihad itu dilakukan dalam hal membela agama jika kondisinya benar-benar dalam keadaan terancam keselamatan jiwanya dalam menja lankan ibadah kepada Allah.
Jika jiwanya tidak dalam keadaan terancam, maka umat Islam tidak diperbolehkan untuk menyerang siapapun.
Jangankan dengan sesama Manusia, bahkan dengan binatangpun jika jiwanya tidak terancam maka tidak boleh mengganggunya.
Muhammad saw. tidak pernah mengancam, menyerang atau memaksa org untuk memeluk agama Islam, karena Allahpun melarang untuk berbuat demikian.
Tidak ada paksaan dalam beragama, mau beriman silahkan tidak berimanpun silahkan, tugas Muhammad saw. hanyalah menyampaikan Firman Allah.
Firman Allah semuanya untuk memperbaiki akhlaq Manusia. Allah tidak akan mengirimkan utusannya jika Manusia tidak terlalu rusak akhlaqnya.
Demikian juga dengan diutusnya Muhammad s.a.w. juga mendapat tugas memperbaiki akhlaq Manusia yang telah rusak.
Seperti Rasul-Rasul lainnya, Muhammad saw. pun memperoleh perlakuan yang sama, iapun dihina dan dicaci maki, bahkan dimusuhi akan dibunuh oleh kabilahnya sendiri yakni kabilah Quraisy dan bahkan pamannya sendiri Abu La hab. ia paling keras memusuhinya. Karena me rasa Islam agama yang diajarkan Muhammad saw. dianggap ancaman bagi agama nenek moyang mereka.
Semua Nabi dan Rasul selalu mengajarkan agama Samawi yang cinta Tauhid, tetapi selalu diselewengkan oleh manusia setelah ditinggal oleh Nabinya atau Rasulnya.
Karena itu Muhammad saw. menolak ketika diminta menunjukkan bagaimana wajah Allah dan mukjizat yang diberikan kepadanya, untuk menunjukkan jika ia benar-benar seorang utusan Allah.
Jawab Muhammad saw. :
Andaikan aku dapat memenuhi segala apa yang kau minta, engkaupun akan ingkar kembali setelah itu, sebagaimana umat Rasul-Rasul yang pernah ada.
Untuk itu Al Qur’an inilah Mukjizat yang akan menuntunmu kejalan yang lurus, bagimu yang mempercayainya.
Allah berfirman :
Al Qur’an ini adalah sebuah kitab yang ditu runkan kepadamu, agar dengan kitab ini kamu dapat memberi peringatan kepada bangsamu dan seluruh manusia serta memberi pelajaran kepada orang-orang yang beriman. (Q. S. 7 - 2 )
Percaya atau meyakini Al Qur’an tidak dapat dipaksakan kepada siapapun juga, meskipun kepada orang terdekat sekalipun. Allah tidak pernah memerintahkan kepada para Rasul dan Nabi, untuk memaksakan agar mereka beriman kepada-Nya.
Tugas Nabi dan Rasulullah hanyalah menyampaikan Firman-Firman Allah, mengajak secara damai untuk menyembahNya serta berbuat kebajikan dimuka bumi ini, untuk baik kepada Allah, baik kepada sesama Manusia , baik kepada seluruh makhluk ciptaan Allah, kecuali setan karena jelas musuh Manusia.
Tetapi Manusia selalu ingkar kepada Allah dan Allah selalu mengingatkan Manusia lewat utusanNya, tetapi seluruh utusan Allah gagal semua untuk mengajak Manusia kejalan yang lurus karena kesombongnya.
Kiranya Allah telah mulai bosan melihat perilaku manusia yang bangga dengan perbuatan dosanya dan selalu ingkar kepadaNya, maka Allah memutuskan bahwa Muhammad saw. adalah utusanNya yang terakhir.
Namun oleh karena Allah telah berjanji kepada Ibrahim as. lewat Malaikatnya sewaktu akan melenyapkan kaum Luth as, jika sekiranya masih ada sepuluh saja orang yang beriman kepadaNya, maka Allah tidak akan melenyapkan Kaum itu.
Kiamat kelak datang, karena di Bumi ini sudah tidak ada lagi orang yang beriman kepada Allah atau orang yang beriman kepada Allah kurang dari sepuluh orang.
4. Keingkaran manusia setelah wafatnya Muhammad saw.
Dengan wafatnya Muhammad saw., maka Allah telah menganggap bahwa Al Qur’an sudah sempurna dan tidak perlu disempurnakan lagi.
Karena itu Allah melarang siapapun tidak boleh mengurangi atau menambah perintahNya maupun laranganNya, menambah atau mengurangi yang dihalalkan maupun yang diharamkan sebagaimana yang dilakukan oleh pemuka-pemuka agama kaum Fir’aun dan orang-orang purbakala.
Allah berfirman :Telah cukup sempurna Firman Tuhanmu, penuh berisi kebenaran dan keadilan. Tidak seorangpun yang boleh merubah*) kalimat Firman FirmanNya. Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. (Q. S. 6 - Al An’aam – 115)
Allah berfirman :
Sampaikanlah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari kitab Tuhan-mu.**) Siapapun tidak boleh merubah*) kalimat-kalimat Firman- Nya dan engkau tidak akan mendapat tempat berlindung selain dari padaNya. (Q. S. 18 - Al Kahfi – 27).
* ) Merubah = Mendustakan, yakni menambah atau mengurangi yang diperintah maupun yang dilarang, menambah atau mengurangi apa-apa yang dihalalkan maupun apa-apa yang diharamkan, artinya menghilangkan apa yang ada atau mengadakan yang tidak ada, Firman-firmannya Allah.
**) Lembaran – lembaran Nabi, Zabur,
Taurat, Injil, Al Qur’an dll.
Sepeninggal Muhammad saw. ternyata kaumnya tidak berbeda dengan kaum Rasul-Rasul yang lainnya, sifat ingkar kepada Allah dan tidak mentaati RasulNya juga melanda kaumnya Muhammad saw.
Kebohongan fitnah dan kemunafikan selalu muncul tatkala Manusia mulai memperebutkan kekuasaan dan harta.
Pengikut-pengikut Muhammad saw. menghujat Kaum Yahudi, karena dinilai telah banyak merubah atau mendustakan Firman-Firman Allah didalam Tauratnya Musa as. dan Injilnya Isa as.
Tetapi sifat-sifat penganut-penganut Muhammad saw. sendiri tidak berbeda dengan Kaum Yahudi, juga melakukan perbuatan menambah atau mengurangi Firman-Firman Allah, serta tidak mentaati Muhammad saw. sebagai Nabi atau RasulNya.
Perebutan kekuasaan, saling bunuh membunuh, saling berbohong, saling memfitnah, saling merendahkan satu sama lainnya.
Untuk memperoleh pengaruh, mereka menulis yang menurut mereka adalah ucapan dan perbuatan Muhammad saw. dengan kapasitas sebagai Rasulullah. Kemudian tulisan tersebut sekarang dikenal dengan hadis. Menurut mereka sumber tulisannya diperoleh dari orang-orang terdekat dengan Muhammad saw.
Mereka yang kalah dalam perebutan kekuasaan, hadisnya kemudian dikatakan sebagai hadis palsu, sedangkan yang menang menyatakan bahwa hadisnyalah yang asli (shahih) dan dengan berbagai dalih dikemukakan untuk memperkuat hadis mereka.
Dengan menggunakan hadis sebagai dalil-dalilnya dan menyitir sedikit Firman Allah yang telah dirubahnya dan disesuaikan dengan misinya maka kemudian timbulah berbagai-bagai aliran (Madzab) didalam Islam.
Minggu, 16 Agustus 2009
Orang Mencari Kebenaran Illahi Jangan Dibohongi
Orang mencari kebenaran Illahi jangan dibohongi
Allah Berfirman :
... barang siapa yang berhukum, tidak menurut Firman Allah *), mereka itu adalah orang-orang kafir. ( QS. 5 - Al Midah 44 )
• ) Menambah atau mengurangi apa-apa yang diharamkan maupun apa - apa yang dihalalkan Allah, dan mengikuti pendapat manusia (apapun dan siapapun, bahkan Rasulullah s.a.w. sendiripun dilarang Allah swt.)
Allah berfirman :
Kalau kamu menuruti kemauan manusia yang ada dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari syariat/hukum Allah Mereka tiada lain hanya mengikuti prasangka dan mengadu untung dengan menampilkan kebohongan. Ikutilah apa-apa yang diturunkan kepadamu dari Allah, dan janganlah kamu ikuti selain Allah. (QS. 6 - Al An’aam – 116).
Tiada seorangpun didunia ini yang boleh meng halalkan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan tiada seorangpun yang boleh mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah dan apa-apa yang tidak dilarang atau tidak diharamkan Allah, itu halal atau boleh hukumnya.
Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu mengharamkan sesuatu, baik yang merangsang selera maupun kepuasan yang telah diha- lalkan Allah untukmu, namun janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. 5 - Al Maidah – 87).
Allah Berfirman :
........ mereka yang beriman kepada kitab yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur’an dan kitab–kitab yang telah diturunkan sebelummu (Zabur, Taurat, Injil), serta percaya adanya kehidupan akhirat, mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah dan merekalah orang-orang yang beruntung ( selamat dunia dan akhiratnya ). ( QS 2 - Al Baqarah 4-5 ).
...... * ) orang-orang yang mengharamkan membaca Zabur,Taurat, Injil, dengan alasan apapun juga, maka mereka itu digolongkan orang-orang fasik (pendusta/pembohong) alias Kafir, demikian juga dengan pengikut-pengikut
1. Sejarah Arabia sebelum Islam
Aspek masyarakat kesukuan pada jaman Arabia pra/sebelum Islam menjadi acuan/petunjuk dari banyak hal yang dapat ditemukan dalam Islam masa kini.
Moral Arabia pada waktu itu membenarkan suku/kabilah-satu menyerang kepada suku/kabilah yang lain dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan, istri, dan budak-budak, sehingga menyebabkan disana terus menerus terjadi peperangan antar suku/kabilah, suku-suku padang pasir Arabia menganut aturan “ mata ganti mata, gigi ganti gigi “.
Sistem hukum yang kejam demikian diikuti oleh suku-suku Arabia pengembara dan bagi mereka memotong tangan, memotong lidah, memotong telinga, memotong kaki atau kepala orang dan bahkan mencukil matapun dianggap sesuatu yang wajar-wajar saja.
Memaksa orang menjadi budak atau menculik para wanita dan menjadikan mereka harem/selir, memperkosa semuanya dianggap patut-patut saja.
Wanita sangat tidak mempunyai hak apapun juga, hidupnya hanya menjadi obyek dan budak pemuas nafsu sex laki-laki saja.
Keadaan dan kondisi Arabia yang keras menciptakan masyarakat kesukuan keras pula, akhirnya tindakan kekerasan menjadi norma atau kebiasaan dalam kehidupan mereka hingga kini.
Sebuah contoh di abad modern, ketika Paus Benedictus XVI di Roma, menyatakan “Islam identik dengan kekerasan ”, maka hal demikian sudah menimbulkan gelombang protes yang luar biasa oleh umat Islam diseluruh Dunia.
Pengenaan Fatwa mati yang mengenaskan bagi Salman Rushdie juga merupakan contoh dari tindakan kekerasan Arab yang dilakukan di alam modern ini, dihukum mati karena menulis buku yang mengungkapkan hal-hal yang tidak menguntungkan Islam.
Sebaliknya orang Islam dengan seenaknya menghujat penganut agama lain sebagai aliran sesat, orang kafir atau digolongkan fasik dengan tanpa merasa bersalah dan bahkan sangat bangga jika menghujat dan memusuhi agama lain, benarkah perintah Allah demikian ?
Sejarah dan penemuan-penemuan para arkeolog seringkali mementahkan pengakuan-pengakuan relegius.
Demikian pula dengan sejarah Arabia sebelum Islam, diungkap berdasarkan peninggalan sejarah dan penemuan-penemuan para arkeolog dapat menunjukkan bahwa Dewa Bulan yang disebut Allah, merupakan Dewa Ter-Besar/Ter-Mulia dari pada Dewa-Dewa lainnya, demikian menurut penganut kepercayaan/agama Pagan yang ajarannya disebut Paganisme, kepercayaan/agama nenek moyang Arabia termasuk kabilah Kuraisy, kabilahnya Muhammad saw.
Menurut mereka Dewa Bulan yang juga disebut dengan Allah adalah Dewa laki-laki kawin dengan Dewi Matahari (perempuan) dan bintang-bintang adalah anak-anak perempuan Dewa Bulan atau Allah.
Dewa Bulan/Allah dalam menjalankan kekuasaannya untuk mengawasi dan mengatur Jagad Raya ini dibantu oleh Dewa-Dewa pembantu yang mempunyai tugas dan jabatan masing-masing yang telah diatur secara sistematis dan tidak berubah-ubah sampai hari kiamat.
Kelak dalam Islampun Allah s.w.t. dalam menjalankan kekuasaannya untuk mengawasi Jagad Raya ini juga dibantu oleh Malaikat-Malaikat yang mempunyai tugas dan jabatan masing-masing yang telah diatur secara sitematis dan tidak berubah-ubah sampai akhir jaman.
Sejarah dan para arkeolog mengungkapkan tempat-tempat pemujaan Dewa Bulan terdapat diseluruh Timur Tengah, mulai dari gunung-gunung di Turki sampai ketepi-tepi pantai Sungai Nil.
Agama kuno yang paling luas dan paling banyak penganutnya adalah agama Pagan/Paganisme penyembah Dewa Bulan/Allah.
Suku Sumerian, sebagai komunitas pertama yang mengenal peradaban tulis menulis, mewariskan ribuan lempengan tanah liat yang mendiskripsikan kepercayaan/agama mereka.
Suku kuno Sumerian menyembah Dewa Bulan/Allah dengan banyak nama dan nama-nama yang terpopuler saat itu antara lain ; Nanna, Suen dan Asimbabbar dengan simbul-bulan sabit.
Ribuan prasasti yang tertulis pada tembok-tembok dan batu-batu karang di Arabia bagian utara berhasil dikumpulkan demikian juga dengan relief-relief dan mangkuk-mangkuk persembahan dalam pemujaan kepada “ para Putri Dewa Bulan/Allah “ juga telah ditemukan.
Ketiga Putri Dewa Bulan/Allah yaitu Al-Lata, Al-Uzza dan Manat kadang-kadang digambarkan bersama dengan Dewa Bulan/Allah yang ditandai dengan gambar-bulan sabit–diatas gambar mereka.
Bukti-bukti yang terkumpul baik dari Arab Utara maupun dari Arab Selatan mengungkapkan bahwa pemujaan-pemujaan Dewa Bulan/ Allah tetap aktip dilakukan oleh penganut-penganutnya dan bahkan pada jaman Muhammad saw. itupun masih tetap merupakan upacara keagamaan yang dominan.
Dewa Bulan disebut Al-ilah “ Dewata” yang disingkat menjadi Allah artinya dewa paling utama dan paling tinggi dari semua dewa-dewa.
Orang-orang Arab penganut agama Pagan/Paganisme penyembah berhala menggunakan nama Allah/Dewa Bulan sebagai tanda ketaatan mereka kepada Allah/Dewa Bulan antara lain ayah Muhammad saw. (Abdullah = abdi Allah/Dewa Bulan) dan pamannya dengan nama Obied Allah.
Sampai hari ini nama-nama penyembah bulan, penyembah matahari, penyembah bintang masih dipakai oleh orang-orang Arab, karena pada umumnya mereka tidak mengerti artinya seperti ;
Komarudin ( Agama Penyembah Bulan )
– Komarun = Bulan – Dinun = Agama.
Syamsudin ( Agama Penyembah Matahari )
- Syamsu = Matahari – Dinun = Agama.
Najamudin ( Agama Penyembah Bintang )
- Najmun = Bintang – Dinun = Agama.
Ritual penganut agama Pagan/Paganisme, mereka beberapa kali dalam sehari menyembah Dewa Bulan/Allah, menghadap ke Mekkah bagi mereka yang tinggal diluar Mekkah, dan menghadap ke Ka’bah bagi mereka yang tinggal di Mekkah.
Paganisme sembahyangnya menghadap ke-Mekkah dan Ka’bah karena disanalah disemayamkan Dewa Bulan/Allah.
Mereka berziarah ke Mekkah, 7 (tujuh) kali menglilingi Ka’bah dengan telanjang bulat alias tanpa busana, mencium batu hitam (Hajar Aswad), menyembelih hewan untuk dikorbankan kepada Dewa Bulan/Allah, melempari Iblis (roh jahat) dengan batu.
* ) kelak ritual demikian disempurnakan dalam Islam ketika berhaji, dengan cara mengelilingi Ka’bah ( Baitullah ) sebanyak 7 (tujuh) kali dengan menggunakan baju iqrom tanpa jahitan dan tidak menggunakan celana dalam maupun celana, kemudian setelah itu lari-lari mengejar dan melempari Iblis (roh jahat) dengan batu kecil (kerikil) yang sekarang disebut lempar jumroh.
** ) Dalam Islam Ka’bah (batu meteor berbentuk kubus) bukan lagi dianggap sebagai Dewa Bulan/Allah, tetapi diyakini sebagai Baitullah (Rumah Allah) yang tetap dikeramatkan dan dijaga kesuciannya serta merupakan kiblat/arah Sholat/Sembahyang pemeluk Islam.
Tiap-tiap bulan Ramadhan mereka berpuasa yang diawali munculnya bulan sabit dan diakhiri dengan munculnya bulan sabit berikutnya.
Saat Ka’bah dibangun, waktu itu Mekkah hanya dihuni oleh kabilah Amalekit dan Jurhum.
Setelah Ka’bah dikuasai kabilah Qushay, barulah Mekkah menjadi semakin berkembang menjadi ramai dikunjungi dan ditinggali oleh kabilah-kabilah lain yang sebelumnya Mekkah masih terbelakang dalam segala hal.
Orang-orang Arab beranggapan menyembah hajar aswad (batu hitam/meteor dari langit) yang diletakkan di dalam Ka’bah masih belum cukup, sehingga mereka mengambil batu-batu lain yang berada didalam atau disekitar Ka’bah atau batu-batu gunung yang dianggap bertuah dan berkhasiat yang dapat menambah kekuatan dan keberhasilan mereka.
Penyembahan terhadap Dewa Bulan/Allah berkembang jauh melampaui batas wilayah penyembahan Dewa Bulan/Allah di Arabia.
Bulan Sabit merupakan lambang penyembahan kepada Dewa Bulan/Allah waktu itu.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka Mekkahpun mengalami perkembangan, menjadi semakin ramai dikunjungi orang, baik sekedar lewat atau beribadah di-Baitulllah maupun yang ingin menetap disana.
Karena yang menjadi pusat perhatian di Mekkah waktu itu adalah Ka’bah, maka yang ingin menjadi penguasa atau yang ingin menguasai Ka’bah juga menjadi semakin banyak, karena mempunyai nilai ekonomis dan sumber kehidupan, khususnya kabilah Kuraisy.
Rebutan ingin menjadi penguasa Ka’bah bukan saja terjadi diantara kabilah dengan kabilah, tetapi juga terjadi didalam kabilah-kabilah itu sendiri yang ingin menjadi penguasa Ka’bah, kelak komunitas Islampun terlibat dalam perebutan untuk menguasai Ka’bah.
Menjelang Nabi Besar Muhammad saw. , Ka’bah tersebut dibawah kekuasaan Abd’l Muttalib (Kakek Nabi Besar Muhammad saw.)
Mekkah dimana tempat beradanya Ka’bah sebagai rumah suci atau pusat peribadatan menjadi semakin maju dan ramai, akhirnya menimbulkan iri pada daerah-daerah lain, kemu-dian mereka beramai-ramai mendirikan rumah suci sebagai tempat beribadah yang menyamai Ka’bah di Mekkah atau mereka bermaksud ingin menggantikan Ka’bah di Mekkah agar memalingkan perhatian dari Ka’bah di Mekkah ketempat mereka.
Bahkan Abraha yang menghiasi rumah sucinya di Yaman dibuat dan dihiyasi dengan barang-barang yang mewah dan mahal-mahal, untuk mengalihkan perhatian mereka dari Ka’ bah di Mekkah agar beralih ketempat suci yang mereka buat, tetapi usaha mereka tetap tidak berhasil.
Orang Yaman sendiri datang ke Ka’bah di Mekkah, karena mereka berkeyakinan jika tidak berziarah dan beribadah ke Ka’bah di Mekkah, maka ibadahnya tidak syah.
Oleh karena keyakinan orang-orang tidak berubah atau tidak berpaling dari Ka’bah di Mekkah, maka Abraha sipenguasa Nagus itu bermaksud akan menghancurkan Ka’bah (Baitulllah) di-Mekkah, ia mengirimkan pasukannya dengan naik Gajah dan waktu itu Ka’bah dikuasai oleh Abd’l Muttalib kakek Nabi Besar Muhammad saw.
Pasukan Abraha yang naik gajah untuk menghancurkan Ka’bah tidak berhasil, karena pasukan gajah tersebut sebelum menghancurkan Ka’bah, telah diserang oleh wabah penyakit cacar dan bahkan Abraha sendiri mati karena terserang penyakit cacar *) itu juga.
* ) dalam Al Qur’an dikiyaskan sebagai serangan batu dari Neraka yang dibawa oleh rombongan/segerombolan burung ( Ababil ).
Peristiwa itu kemudian dikenal dan dinamai oleh orang Arab sebagai Tahun Gajah ( 570 M ) dan diabadikan dalam Al Qur’an.
Peristiwa itu sendiri semakin memperkuat posisi Mekkah sebagai kota suci dan menambah keyakinan orang-orang Arab atas berhala-berhala disekitar atau yang berada di Ka’bah itulah yang telah menyelamatkan dari bencana kehancuran Ka’bah.
Kebiasaan mereka minum-minuman keras, bermabuk-mabukan disekeliling Ka’bah semakin menjadi–jadi, berhala-berhala menjadi semakin banyak, kedzaliman semakin merajalela, kemerosotan moral tidak terbendung, tipu menipu, kebohongan dalam segala bidang merupakan hal yang biasa dalam kehidupan mereka, hubungan sex bebas, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis, tukar menukar pasangan maupun pergantian pasangan bukan barang tabu lagi bagi kehidupan di Mekkah baik di-dalam Ka’bah maupun diluar lingkaran Ka’bah disaat itu.
Kelak setelah Islam menjadi besar dan kuat, maka Ka’bah (Baitullah) direbut dan dikuasai Islam, kemudian ritual kaum paganisme (penyembah/pemuja batu-batu langit, bintang dlsb ) yang dahulunya dilakukan dengan bertelanjang bulat waktu mengelilingi Baitullah/Ka’bah disempurnakan dengan menggunakan baju iqrom yang tidak dijahit dan tidak diperbolehkan memakai celana maupun celana dalam.
Sedangkan ritual pengikut Paganisme melempari Iblis dengan batu kecil/kerikil tetap dipakai sampai sekarang yang kemudian disebut melempar jumroh, dan penghormatan mencium hajar aswad ketika berhaji tetap dianut dan dilakukan oleh pengikut-pengikut Islam sampai sekarang.
Demikian juga kebiasaan orang Arabia atau ritual pengikut Paganisme puasa di Gua Hira di bulan Ramadhan, disempurnakan oleh Islam menjadi puasa diluar gua Hira tetapi tetap dilakukan di bulan Ramadhan dengan kurun waktu yang sama dengan pengikut Paganisme yakni selama 30 ( tiga puluh ) hari.
Dalam Al Qur’an terdapat juga ayat-ayat yang mengagung-agungkan benda-benda angkasa, antara lain ;
........... Demi bulan, yang terang ........... dst.
( QS 74 – Al Muddatstsir – 32 )
........... Demi benda-benda angkasa yang beredar dengan kecepatan tinggi ......... dst.
( QS 79 – An Naazi’aat – 1 s/d 5 )
........... Aku ( Allah ) bersumpah dengan gugusan bintang-bintang, yang timbul dan tenggelam ............................................... dst.
( QS 81 – At Takwir – 15 s/d 18 )
........... Maka Aku ( Allah ) bersumpah de-ngan mega lembayung di waktu senja.
........... Dengan malam bila telah berselu-bung gelap.
........... Dengan bulan bila sudah purnama.
( QS 84 – Al Insyiqaq – 16 s/d 18 )
........... Demi Langit yang mempunyai gu-gusan bintang. ( QS 85 – Al Buruj - 1 )
........... Demi langit dan bintang kemintang
( QS 86 – Ath Thariq – 1 )
2. Sejarah Arabia setelah Islam
Keingkaran Manusia dizaman atau dimasa apa saja tetap ada, tetapi cara menghukum atau memberi adzab sudah sangat berbeda dengan masa-masa sebelum diutusnya junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.
Meskipun Muhammad s.a.w. telah menerima Wahyu Illahi dan sebagai Rasulullah, tetapi orang Arabia waktu itu masih menyembah Dewa Bulan yang juga disebut Allah, benda-benda langit, batu-batuan baik berbentuk maupun tidak berbentuk yang dianggap keramat atau dikeramatkan sendiri oleh mereka.
Cerita-cerita Mistik, cerita-cerita Legenda, jimat-jimat sangat melekat pada mereka sebagaimana cerita Aladin dengan lampu wasiatnya dan raksasa terbang.
Ali Baba dengan gua ajaib dan pintunya baru dapat dibuka dengan kata-kata atau doa-doa tertentu yang berisi harta hasil rampokan perampok sehingga Ali Baba yang tadinya miskin mendadak menjadi kaya raya.
Cerita-cerita asal mula air zam-zam bera-sal dari kaki Ismail as. diwaktu kecil yang menendang-nendang tanah kemudian keluar air, kini disebut sumber air zam-zam.
Cerita Nabi Ismail as. ketika hendak dijadikan kurban oleh Nabi Ibrahim as. disaat akan disembelih kemudian tiba-tiba muncul kambing sebagai penggantinya.
Abunawas, karpet terbang, raksasa mata tiga dan lain-lain cerita legenda atau mistik yang senada.
Kepercayaan demikian masih terbawa pada Komunitas Islam yang mempercayai tulisan-tulisan ayat-ayat Al Qur’an dapat membawa berkah atau mengusir setan jika dibawa atau dikalungkan dilehernya dan bahkan di Indonesia tulisan Arab dianggap keramat.
Tiap bulan Ramadhan mereka mengikuti kebiasaan agama Pagan/Paganisme/agama nenek moyangnya Arabia termasuk agama kabilah Kuraisy, yang selalu mengasingkan diri dan bertapa/puasa mencari kesunyian dan ketenangan batin di Gua Hira,
Bahkan Muhammad s.a.w. sendiripun sebelum menjadi Rasulullah, juga membiasakan diri bertapa/berpuasa dan menenangkan diri di-gua tersebut pada tiap-tiap bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan ketika pertama kali beliau menerima wahyu Illahi juga di gua Hira.
Tiap-tiap bulan Idul Adzha kaum Paganisme menjalankan ritual dengan telanjang bulat mengelilingi Ka’bah/hajar aswad (batu hitam berbentuk kubus dari langit/Meteor) yang dianggap sebagai Allah atau Dewa Bulan, Dewa Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha segala-galanya dari antara Dewa–Dewa lainnya yang mengelilingi Ka’bah. Setelah itu mereka berlari-lari mengejar Iblis (roh jahat) sambil melemparinya dengan batu kecil/kerikil kearah setan tersebut.
Kemudian ritual kaum paganisme yang dahulunya dilakukan dengan bertelanjang bulat waktu mengelilingi Baitullah/Ka’bah, disempurnakan Islam dengan menggunakan baju iqrom yang tidak dijahit dan tidak diperbolehkan memakai celana maupun celana dalam sedangkan ritual pengikut Paganisme melempari Iblis dengan batu kecil/kerikil tetap dipakai sampai sekarang yang kemudian disebut dengan lempar jumroh.
Sedangkan waktu ritual menghormati atau mencium hajar aswad dan banyaknya kaum Paganise mengelilingi Ka’bah dan melempari Iblis dengan batu kecil/kerikil tetap dipakai oleh orang Islam sampai hari ini.
Demikian juga kebiasaan orang Arabia atau ritual pengikut Paganisme puasa di Gua Hira dibulan Ramadhan, disempurnakan oleh Islam menjadi puasa diluar Gua Hira tetapi tetap dilakukan di-bulan Ramadhan dengan kurun waktu yang sama dengan pengikut Paganisme yakni selama 30 ( tiga puluh ) hari, termasuk cara menetapkan awal puasa dan mengakhiri puasa diawali dengan munculnya bulan sabit dan diakhiri dengan munculnya bulan sabit berikutnya.
Perhitungan hari berdasarkan peredaran bulan penganut Paganisme, tetap dipakai oleh orang Arabia & Islam sampai sekarang yang waktu itu bulan dipercaya sebagai Dewa Laki-laki dan Matahari dipercaya sebagai Dewa Perempuan atau Dewi.
Awal mula penyebaran Agama Islam, Muhammad s.a.w. menyebarkan dengan santun dan penuh toleransi dengan Agama lain, bahkan minta perlindungan pada orang-orang Yahudi dan Nasrani ketika masih dimusuhi oleh Kabillah Kuraisy, hubungan baik dengan Nasrani diabadikan dalam Al Qur’an ( QS 5 – Al Maidah – 82 ).
Tidak ada paksaan dalam beragama ........ .dst. ( QS 2 - Al Baqarah – 256 ).
........... Aku tidak menyembah yang kamu sembah, dan kamu tidak menyembah yang aku sembah, agamamu agamamu, agamaku agamaku. ( QS 109 – Al Kafirun - 1 s/d 6 )
Firman Allah semuanya untuk memperbaiki akhlaq Manusia. Allah tidak akan mengirimkan utusannya jika Manusia tidak terlalu rusak akhlaqnya.
Tugas Nabi dan Rasulullah hanyalah menyampaikan Firman-Firman Allah, mengajak secara damai untuk menyembahNya serta berbuat kebajikan dimuka bumi ini, untuk baik kepada Allah, baik kepada sesama Manusia , baik kepada seluruh makhluk ciptaan Allah, kecuali setan karena jelas musuh Manusia.
Tetapi setelah Islam berkembang dan kuat maka Islam berubah menjadi keras terutama pada orang-orang yang dianggap kafir, sebagaimana Firman Allah dibawah ini ;
“ Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir dalam medan pertempuran, maka pancunglah batang lehernya. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyianyiakan amal mereka. (QS 47 – Muhammad - 4)
..................... maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan....... ( QS 9 – Baraa-ah – 5 )
“ Kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka .............. Maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka. (QS 8:12;17)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat kekerasan yang senada dapat ditemukan di Al Qur’an , antara lain : QS 2:190 – QS 4:76 - QS 5:33 - QS 8:60 – QS 9:5 - QS 9:14 – QS 9:29 – QS 9:38 – QS 9:41 - QS 9:73 QS – QS 48:29 dan lain-lain.
Rasisme dan rasa superior serta mengharamkan Demokrasi ditanamkan pada pemeluk Islam, antara lain :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu : sebahagian mereka adalah pemimpin sebahagian yang lain. Barang siap diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka ............... “ ( QS 5 – Al Maidah - 51 )
................... barang siapa yang berhukum, tidak menurut Firman Allah ( Al Qur’an ), mereka itu adalah orang-orang kafir. (QS. 5 - Al Midah 44)
Muhammad saw. yang merasa belum kuat, pengikutnya masih sedikit dan untuk menyelamatkan diri dari kejaran Kabillah Kuraisy kemudian hijrah ke Medinah, disini Islam diterima oleh orang-orang Medinah, dengan dukungan orang-orang Medinah, dibawah perlindungan Yahudi dan Nasrani, Islam menjadi be-sar dan kuat serta banyak pengikutnya.
Setelah Islam menjadi besar, kuat dan banyak pengikutnya, didahului pengusiran Yahudi dari Medinah maka mulailah Islam melakukan penyerangan pada Kafilah/rombongan pedagang pada hari yang telah disepakati sebagai hari perdamaian di Arabia, kemudian hartanya dirampas dianggap sebagai harta rampasan perang.
Atas tindakan penyerangan dimasa damai itulah, maka Islam mendapat kutukan dari komunitas Arabia, karena Islam dianggap telah merusak hari perdamaian yang seharusnya tanpa ada perang dimasa damai, peristiwa tersebut dikenal dengan Serangan Nakhla.
Ketika Muhammad s.a.w. hendak mempengaruhi Yahudi agar masuk Islam, maka kiblat sholatnya diperintahkan menghadap ke Yerusalem dan hari Sabbat Yahudi digunakan sebagai hari sholat bersama (berjama’ah), setelah ternyata Kaum Yahudi tidak ada yang memeluk Islam, kemudian Kiblat (arah Sholat) dirubah menjadi berkiblat ke-Ka’bah di Mekkah dan hari sholat bersama (berjama’ah) menjadi hari Jum’at mengikuti Sembahyangnya Agama Pagan/Paganisme dalam rangka mempengaruhi Kabillah Kuraisy penganut Paganisme, agar memeluk Islam.
Al Qur’an baru disusun dan dikodifikasi/dibukukan 40 tahun kemudian setelah Muham mad saw. wafat yang dilakukan oleh menantunya sendiri (Usman bin Affan).
Hasil kerja Manusia, siapapun mereka tetap tidak ada yang sempurna, demikian juga dengan kodifikasi/pembukuan Al Qur’an yang dilakukan oleh teamnya Usman bin Affan.
Sangat disayangkan Al Qur’an yang berdasarkan Wahyu Illahi kodifikasi/dibukukan oleh Usman bin Affan tersebut tidak berdasarkan urutan Wahyu Illahi yang diterima oleh Muhammad s.a.w., melainkan disusun berdasarkan panjang pendeknya ayat, sehingga dapat menimbulkan bermacam-macam pertanyaan tentang keaslian Wahyu Illahi dalam Al Qur’an, karena ada kemungkinan ada Wahyu Illahi yang sengaja dibuang atau dihilangkan karena dianggap merugikan pihak - pihak tertentu dan ada kemungkinan disusupi surat-suratan yang dianggap menguntungkan, mengingat Arabia tidak pernah ada perdamaian sampai hari ini, sedangkan naskah atau tulisan Wahyu Illahi saat Muhammad saw. masih hidup, sudah dimusnahkan berdasarkan perintah Usman bin Affan.
Kodifikasi demikian mengundang banyak kelemahan dan kekurangan sehingga juga menimbulkan keragu-raguan serta membingungkan karena itu perlu kerja keras untuk mempelajari atau menggali isinya.
Komentar ilmuwan Muslim, Ali Dasti sendiri mengeluhkan betapa rendahnya mutu kesusastraan Al Qur’an, sebagai berikut :
“ Patut disayangkan bahwa pengeditan Al Qur’an sangat jelek dan susunan isinya sangat tidak teratur. Semua siswa dalam mata pelajaran Al Qur’an menyayangkan mengapa para editor Al Qur’an tidak menggunakan metode yang logis dan yang biasa digunakan dalam menyusun urutannya menurut waktu wahyu tersebut diterima. Kenapa tidak mengikuti susunan kronologis seperti halnya teks Al Qur’an yang hilang milik Ali bin Abi Thalib. “
Penyebaran Islam oleh Muhammad saw. melalui 2 periode, periode pertama berada di Mekkah berjalan kurang lebih 10 tahun sebelum th. 612 sesudah Masehi dan periode ke dua dipusatkan di Medinah berjalan kurang lebih selama 10 tahun sampai dengan wafatnya Muhammad saw. tahun 623 sesudah Masehi.
Muhammad saw. tidak dapat membaca dan menulis, maka setiap wahyu yang diterima selalu dituliskan oleh sahabat-sahabatnya yang dicatat dan ditulis diatas bahan-bahan seadanya.
Mandudi ilmuwan Muslim kaliber internasional mengakui bahwa, Wahyu Illahi yang diterima Muhammad s.a.w. aslinya ditulis pada daun-daun kurma, kulit-kulit pohon, tulang-tulang dan lain sebagainya, apabila Wahyu diterima disekelilingnya tidak ada benda-benda yang dapat ditulisi, maka Wahyu Illahi tersebut dihafalkan oleh sahabat-sahabat Muhammad s.a.w.
Al Qur’an dikumpulkan dari yang dituliskan pada lapisan luar benda-benda atau apapun yang dapat ditemukan, dari potongan-potongan papirus, batu-batu yang rata, daun palem, tulang-tulang binatang, kulit-kulit binatang dan dari hafalan-hafalan orang-orang yang mengetahui.
Beberapa kesulitan yang dihadapi sewaktu mengumpulkan Wahyu-wahyu Illahi yang diterima Muhammad saw. karena orang yang mengetahui atau hafal surat-surat tertentu telah meninggal dalam peperangan sebelum sempat menyalin apa yang telah didengar/diketahui.
Pengumpulan bahan-bahan Al Qur’an berlangsung beberapa tahun dan banyak masa-lah yang timbul. Disamping catatan-catatan asli banyak yang hilang karena ditulis pada bahan-bahan yang mudah pudar, juga daya ingat dan hafalan manusia antara satu dengan lainnya kemampuannya tidak sama.
Al Qur’an disusun tidak berdasarkan pola narasi sejarah yang runtun sehingga kita tidak dapat mengikuti kehidupan, tindakan-tindakan dan pengajaran-pengajaran yang dilakukan Muhammad saw. sejak dari awal sampai akhir.
Kita dihadapkan pada kumpulan Surat-surat yang tidak menggambarkan adanya pola penyusunan yang baik dan wajar, sehingga sangat mudah untuk dihilangkan atau disusupi oleh berbagai-bagai ajaran dan kepentingan pribadi maupun golongan disaat dilakukan kodifikasi/dibukukan maupun setelahnya.
Al Qur’an tidak dapat diteliti atas Wahyu-wahyu Illahi yang dihilangkan maupun yang disusupkan, karena tidak tersusun berdasarkan urutan Wahyu yang diterima Muhammad s.a.w. sedangkan catatan aslinya sudah terlanjur dimusnahkan dan yang hafal sudah meninggal.
Akhirnya masalah perbedaan diselesaikan atau dipecahkan dengan secara kekerasan pisik dan memaksa orang-orang untuk menggunakan hanya salah satu versi saja, sedangkan versi-versi lain harus dihancurkan atau dimusnahkan ketika Al Qur’an sudah terkodifikasi/dibukukan.
Menurut perkembangannya, ritual paganisme oleh kaum Muslim diakui/diklaim sebagai ritual yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a. s. dan Nabi Ismail as. ketika selesai membangun Ka’bah.
3. Perkembangan Islam di Arabia
Sejak dahulu kala dan dijaman apa saja namanya perbedaan sudah ada dan selalu ada dimana-mana dengan nuansa dan cara berbeda pula.
Perbedaan merupakan rahmat jika orang-orang yang berbeda pendapat telah memperoleh pencerahan. Perbedaan terjadi karena alat atau ukuran yang dipakai sebagai pembenar berbeda, sebagaimana kisah-kisah ;
Habil dengan Qabil timbul perbedaan karena ukuran pembenarnya berbeda, karena perbedaan tidak dapat terselesaikan dengan baik maka terjadilah pembunuhan, Habil dibunuh Qabil.
Nabi Ibrahim as. dengan Raja Namrud karena berbeda ukuran pembenarnya dan perbedaan tidak terselesaikan, maka Nabi Ibrahim as. dihukum bakar, karena dianggap salah dan menyebarkan ajaran sesat, waktu itu.
Nabi Musa a.s. dengan Raja Fir’aun karena berbeda ukuran pembenarnya dan perbedaan tidak terselesaikan, maka Nabi Musa a.s. dikejar-kejar hendak dibunuh, dianggap salah karena ajarannya dinilai ajaran sesat waktu itu.
Nabi Isa as. dengan Raja Herudes, karena ukuran pembenarnya berbeda dan perbedaan tidak terseleselaikan, maka Nabi Isa as. yang oleh penganutnya disebut Yesus dihukum mati dengan di Salip, dianggap bersalah karena mengajarkan ajaran sesat, waktu itu.
Nabi Muhammad saw. dengan kabilah kuraisy,karena ukuran pembenarnya berbeda dan perbedaan tidak terselesaikan, maka Nabi Muhammad saw. dikejar-kejar akan dibunuh, dianggap bersalah karena menyebarkan ajaran sesat, waktu itu.
Nabi Khidir dengan Nabi Musa, masing-masing ukuran yang dipakai sebagai pebenar berbeda, maka mereka berdua berakhir dengan perpisahan.
Penyebab perbedaan sangat beragam dapat karena sumber-sumber atau dasar pengetahuan yang diperoleh juga berbeda, demikian pula cara menyikapi dan pola berpikirnya. Tetapi sering kali perbedaan pendapat dikemas untuk kepentingan perebutan kekuasaan yang berujung pada pengumpulan harta, sehingga yang berseberangan pendapat dan lemah, dilibas habis oleh yang kuat, sebagaimana kisah-kisah, Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as., Nabi Isa as. dan Nabi Muhammad saw. tersebut diatas.
Kisah-kisah pelibasan yang lemah oleh yang kuat karena perbedaan pendapat, tidak berhenti pada kisah Nabi Muhammad s.a.w. saja, bahkan sampai sekarangpun masih sering dijumpai hal serupa, hanya dibedakan oleh nuansa dan caranya.
Semua manusia mengalami dan mempunyai tujuan sama. Semua manusia mengalami suka-duka, sakit-segar dan lain sebagainya, demikian dengan tujuannya sama pula, yakni ingin sehat jasmani-rohani dan bahagia baik di-dunia maupun diakhirat.
Sepeninggal Rasulullah saw., penyebaran Islam keluar dari Arabia bersentuhan dengan budaya non Islam yang sudah mapan, seperti budaya Romawi, persia dlsb.
Islampun bersentuhan juga dengan agama-agama besar di Timur Tengah yang sudah mapan pula antara lain, Kristen, Yahudi dan Majusi. Karena itu tidaklah mengherankan dalam pengembangan berikutnya dalam Islam kemudian muncul berbagai pandangan dan aliran.
Kurang dari seperempat abad setelah wafatnya Rasulullah saw. dijaman kekhafilahan Ali bin Abu Thalib ra. dan kekhalifahan Rasidun ke-4 ( 656-661 M/3641 H ) muncullah pandangan dan aliran dalam Islam yang bersifat politik seperti Sunni (Ahli Sunnah ), Syi’ah dan Khawarij.
Perkembangan berikutnya, Sunni memunculkan berbagai madzab besar maupun kecil, madzab besar antara lain Hanafiah, Malikiyah, Safi’iyah dan Hanbali atau Hanabilah.
Aliran ini mengutamakan Hadis, Madzab *) dan ajaran-ajaran atau buah pikiran Ulama & Umara’ serta orang-orang yang dianggap tokoh atau ditokohkan dalam Islam.
* ) Madzab = ajaran-ajaran, pendapat-pendapat atau buah pikiran Imam, Ulama & Umara’
Paham Syi’ah juga berkembang, mempunyai Madzab atau paham sendiri, demikian juga dengan Syariatnya sedangkan paham Khawarij, menjadi dasar ajaran dan pijakan terorisme di dunia. Banyak sahabat Rasulullah saw. mati dibunuh oleh kelompok Khawarij ini, karena sudah dianggap mengkianati Islam.
Khawarij merupakan aliran cikal bakal terorisme, paham dan ajarannya dijadikan dasar langkah-langkah teror yang ditujukan pada orang-orang yang dianggap kafir atau tidak sejalan dengan paham dan ajarannya, yakni seluruh manusia dimuka bumi ini harus Islam demikian juga dengan umara’nya.
Setelah Islam menyebar semakin luas, kemudian memunculkan berbagai macam Pandangan, dan penafsiran Al Qur’an yang disesuaikan dengan jaman dan lingkungan masyarakatnya.
Dalam prateknya Syariat yang berkembang di masyarakat adalah buah pikiran atau pendapat Imam, Ulama & Umara’ atau orang-orang yang dianggap tokoh atau ditokohkan dalam Islam, tetapi bentuk dan penerapannya disesuaikan dengan daerahnya masing-masing. Hal demikian dapat kita saksikan sebagaimana penetapan awal puasa dan Hari Raya Id-pun ada perbedaan. Banyaknya Rakaat pada shalat tarawih dan bacaan do’a Qunut diwaktu shalat subuh juga terdapat perbedaan dan masih banyak lagi.
4. Alasan Kabillah Kuraisy mengapa tidak memeluk Islam
Muhammad saw. telah berhasil mengubah agama Pagan atau penganut Paganisme di jazirah Arabia dan bahkan bangsa-bangsa di dunia tetapi tidak semua Kabillah Kuraisy dan bangsa-bangsa di dunia serta merta menjadi pengikutnya dengan berbagai-bagai alasan.
Meskipun mereka tidak menjadi pengikut Muhammad saw. tetapi pendapat-pendapat serta alasan-alasan mereka perlu kita kaji, untuk menguji tentang kebenaran Islam sebagai Agama baru di jazirah Arabia yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Seandainya Muhammad s.a.w. pada waktu merubah agama Pagan (Paganisme) yang polytheisme menjadi agama monotheisme deng -an cara menyingkirkan seluruh patung berhala yang berada di Ka’bah, maka tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan dalam menyembah Allah s.w.t.
Kabillah Kuraisy, menganggap ibadah haji yang dilakukan oleh Islam yang menghormati dan disertai dengan mencium Hajar Aswad (batu Meteor), maka ibadah demikian dinilai sebagai menyembah hajar aswad toh tidak ada bedanya dengan agama Pagan (Paganisme yang dianut atau dilakukan oleh kabillah Kuraisy, dan hanya namanya saja dirubah, dahulu Ka’bah disebut Dewa Bulan (Allah) kemudian dirubah menjadi Baitullah (rumah Allah) oleh Muhammad saw.
Ibadah demikian bertentangan sendiri dengan Firman Allah, bagaimana dengan Firman Allah dalam QS. 4 – Annisaa’ 116-117.
Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, yaitu mempersekutukan Dia ( Allah ) dengan yang lain. Dia mengampuni dosa yang lain dari itu bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu ( termasuk Hajar Aswad/batu meteor ), sesungguhnya ia telah sesat jalan sejauh-jauhnya. (QS. 4 – Annissa 116)
Allah berfirman :
Yang mereka sembah selain Allah itu hanyalah benda-benda mati *) Dengan menyembah itu, mereka hanyalah menyembah setan-setan yang durhaka. (QS. 4 – Annissa 117).
*) di Arabia sudah menjadi kebiasaan mengumpamakan perempuan dengan benda-benda mati, dan yang dimaksud disini benda-benda mati adalah Dewa Bulan. Padahal Kabillah Kuraisy juga menyembah Ka’bah (Hajar Aswad/batu meteor) yang dianggap Dewa Bulan atau Allah. Kemudian apa bedanya dengan agama Pagan (Paganisme) ?.
Kabillah Kuraisy menganggap Muhammad saw. pembohong besar dan sesat, karenanya mereka menolak masuk Islam dan berusaha membunuh Muhammad saw. Mereka menganggap Muhammad saw. telah merusak agama nenek moyang mereka dan sekaligus merusak sumber perekonomian Kabillah Kuraisy.
Sumber perekonomian Kabillah Kuraisy sangat mengandalkan penjiarah ke-Ka’bah yang kemudian direbut oleh Muhammad saw. dengan pengikut-pengikutnya.
Disamping Muhammad s.a.w. dituduh telah mengadopsi agama Pagan (Paganisme) dalam Ibadah Haji, mulai dari bulan upacara menghormati (menyembah) Ka’bah, mencium Hajar Aswad, mengelilingi Ka’bah, melem-pari setan dengan batu kerikil (lempar jumroh), menyembelih korban yang dipersembahkan kepada Dewa Bulan (Allah) sampai dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan semuanya dianggap mengadopsi agama Pagan (paganisme).
Disamping itu Muhammad saw. dituduh pula telah mengadopsi Zabur, Taurat dan Injil yang dimasukkan dalam Al Qur’an sebagai Firman Allah, pengadopsian itu melalui paman Istrinya (Khatijah) dan paman istrinya tersebut Waraqah bin Naufal adalah pendeta Kristen yang membantu menenangkan Muhammad saw ketika pertama kali memperoleh wahyu.
Melalui Warakah bin Naufal, sebagian Zabur, Taurat dan Injil dimasukkan dalam Al Qur’an, antara lain Islam mengakui ada 25 ( dua puluh lima Nabi, mulai dari Adam a.s. sampai dengan Nabi Isa a.s. dan yang terakhir Muhammad saw. sendiri, demikian pula dengan pengakuan kitab-kitab Zabur, Taurat dan Injil sebagai Firman Allah, hal ini tersurat dalam QS. 2 – Al Baqarah 4-5.
Allah berfirman :
Dan orang-orang yg beriman kepada wahyu yang diturunkan kepadamu *), serta wahyu-wahyu yang diturunkan sebelum kamu **), dan mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. (QS. 2 - Al Baqarah 4)
*) yaitu Al Qur’an.
** ) Yaitu Zabur, Taurat dan Injil.
Allah berfirman :
Itulah orang-orang yang mendapat petun-juk dari Tuhannya, dan itu pulalah orang-orang yang beruntung. (QS. 2 – Al Baqarah 5)
Demikian juga dengan kisah-kisah Nabi Adam as. dan nabi-nabi lainnya.
5. Ber-tuhan pada sahabat Rasul Ulama & Umara’
Dua puluh lima tahun setelah Muhammad s.a.w. wafat dan munculnya aliran-aliran politik dalam dunia Islam serta terjadinya perebutan kekuasaan atau pengaruh, maka muncul beberapa ajaran-ajaran dari Ulama & Umara’ yang pengaruhnya sangat besar dalam dunia Islam dan bahkan ajaran-ajaran Ulama & Umara’ serta sahabat-sahabat Rasulullah saw. dapat lebih ditaati dari pada mentaati Firman Allah yang ada didalam Al Qur’an.
Dengan mentaati atau mengimani ajaran-ajaran Ulama & Umara’ serta sahabat-sahabat Rasullah saw. terutama dalam penghalalan atau pengharaman diluar Firman Allah swt. yang berada didalam Al Qur’an, maka sama halnya menjadikan mereka tuhan-tuhan selain Allah.
Allah Berfirman :
... barang siapa yang berhukum (memutuskan perkara), tidak menurut Firman Allah *), mereka itu adalah orang-orang kafir. (QS. 5 - Al Midah 44)
• ) Menambah atau mengurangi apa-apa yang diharamkan maupun ap -apa yang dihalalkan Allah, dan mengikuti pendapat manusia (apapun dan siapapun, bahkan Rasulullah saw. sendiripun dilarang Allah swt.)
Allah berfirman :
Kalau kamu menuruti kemauan manusia yang ada dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari Syariat/Hukum Allah Mereka tiada lain hanya mengikuti prasangka dan mengadu untung dengan menampilkan kebohongan. Ikutilah apa-apa yang diturunkan kepadamu dari Allah, dan janganlah kamu ikuti selain Allah. (QS. 6 - Al An’aam – 116)
Beberapa larangan atau perintah yang tidak bersumber dari Al Qur’an, melainkan dari sahabat Rasulullah saw., Ulama & Umara’ antara lain:
1. Larangan atau mengharamkan wanita muslimah kawin/nikah dengan pria non muslim atau ahli kitab.
Allah tidak pernah mengharamkan/melarang perkawinan demikian, karena tidak ada satu ayat maupun surat didalam Al Qur’an yang melarang atau mengharamkannya dan larangan itu hanya dari ajaran atau seruan Ulama & Umara’ yang bertentangan dengan Firman Allah didalam Al Qur’an “ Jika tidak dilarang atau diharamkan Allah, artinya boleh/halal “ para pengikut larangan demikian, sama halnya mereka menjadikan Ulama & Umara’ sebagai tuhannya.
Allah berfirman :
Pada hari ini dihalalkan bagimu makanan yang baik-baik. Makanan orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu sebaliknya makanan kamu halal pula bagi mereka. Dan dihalalkan juga bagimu mengawini wanita-wanita merdeka diantara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelummu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak pula untuk dijadikan gundik. (QS. 5 – Al Maidah- 5).
2. Larangan atau mengharamkan mengucapkan atau membalas salam “ Assalamu’ alaikum “ dari non Islam.
Menurut syariat Allah :
Allah tidak pernah mengharamkan ucapan salam kepada siapapun juga, bahkan diperintahkan untuk membalas dengan salam yang lebih baik, jika mendapat salam.
Allah berfirman :
Barang siapa yang mengerjakan kebajikan seberat zaroh/atumpun Allah akan membalasnya. QS. 99 – 7/8
Menurut Hadis :
Allah berkata kepada Adam: “ Ucapkanlah salam kepada sekelompok malaikat yang sedang duduk ini “ Cobalah dengarkan baik-baik ucapan penghormatan yang mereka ucapkan kepadamu. Ucapan itulah yang akan menjadi ucapan penghormatan untukmu dan anak keturunanmu “ Lalu Adam berkata : “ Assalamu ‘alaikum ! “ (HR. Bukhori 1722)
Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw. : “ Manakah amal Islam yang terbaik ? “ Beliau menjawab : Mem-beri makanan, mengucapkan salam, baik kepada orang-orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal. ( HR. Bukhori 1726 )
Jika engkau diberi salam oleh ahli kitab dengan “ Assamu ‘alaika “ maka jawablah pula dengan “ wa ‘alaika “. ( HR. Bukhori 1843 )
Assamu ‘alaika artinya celakalah kamu. Sedangkan ‘alaika artinya kamu yang begitu/kamu yang celaka.
Menurut pendapat Ulama :
Sebagian Ulama mengharamkan ucapan salam “ Assalamu ‘alaikum ” artinya“ Selamat dan sejahtera “ kepada orang non Muslim.
Tetapi didalam kenyataanya, banyak Ulama yang mengucapkan/memberi ucapan salam Assalamu ‘alaikum dalam pertemuan atau rapat-rapat yang dihadiri pula oleh tokoh-tokoh agama non Islam, meskipun mereka beralasan diberikan kepada kaum Muslim saja, namun kenyataannya yang hadir bukan hanya orang Muslim saja.
Banyak Ulama yang pendapatnya mengharamkan ucapan “ Assalamu Alaikum “ kepada non Muslim tetapi dimedia elektonik (TV – Radio) yang nota bene pendengarnya bukan hanya orang Islam, toh juga mengucapkan salam “ Assalamu “alaikum " kepada para pendengarnya yang nota bene tidak semuanya orang Islam.
Meskipun mereka beralasan hanya ditujukan kepada pendengar atau penonton Muslim saja, tetapi kenyataannya tidak demikian, karena penonton TV maupun pendengar Radio tidak dapat dibatasi agama penontonnya maupun pendengarnya.
Kesimpulan :
Orang Islam tidak diharamkan mengucapkan salam “ Assalamu ‘alaikum ” artinya “ Selamat dan sejahtera ” kepada orang non Muslim.
Syariat Allah dan Hadis tidak mengharamkan orang Islam memberi ucapan salam “Assalamu ‘alaikum“ kepada orang non Muslim “
Menurut Hadis jika orang Muslim diberi salam oleh orang non Muslim dengan ucapan “ Assamu ‘alaika “ yang artinya celakalah kamu maka jawab pula dengan “ ‘alaika “ artinya kamu yang celaka/kamu yang begitu.
Pendapat Ulama yang mengharamkan memberi ucapan salam “ Assalamu ‘alaikum “ kepada orang non Muslim tidak selaras dengan syariat/hukum Allah dan bah-kan bertentangan, karenanya tidak wajib diikuti dan tidak boleh diikuti, lagi pula mereka tidak konsekwen antara ucapan dan perbuatannya.
6. Mengapa Indonesia tertinggal dengan negara lain.
Kekayaan bangsa Indonesia, selama berabad-abad banyak mengalir dan dialirkan keluar negeri dengan berbagai cara, sehingga pada akhirnya Indonesia menjadi bangsa miskin yang mencari hutangan kemana-mana.
Banyak cara orang luar negeri atau bangsa asing untuk menguras kekayaan Indonesia sebagaimana yang dilakukan oleh Belanda, diawali dengan hubungan dagang kemudian berlanjut dengan penjajahan, sampai 350 (tiga ratus lima puluh) tahun, kekayaan Indonesia mengalir ke negeri Belanda untuk membangun Belanda.
Inggrispun juga pernah menjajah Indonesia dan juga menguras habis kekayaan Indonesia untuk membangun negaranya.
Berikutnya bangsa Jepang yang mengaku saudara tua, akan membantu memerdekakan bangsa Indonesia, tetapi dalam kenyataannya Jepang menjajah dan menguras habis kekayaan Indonesia.
Sebelumnya Bangsa Arab melalui saudagar Gujaratnya yang mula-mula juga berdagang, kemudian dilanjutkan oleh Wali-Wali mengajarkan-ajaran agama baru yakni Islam, kemudian dipakai untuk menghancurkan Kerajaan Mojopahit dan dengan lewat ajaran Ibadah Hajinya, kekayaan Indonesia mengalir ke negeri Mekah sampai dengan hari ini.
Uraian sejarah Arabia sebelum dan setelah Islam, khususnya dalam hal penyampaian ritual agama Pagan dan ketidak sempurnaan Al Qur’an dalam penyusunannya tidak berdasarkan urutan wahyu yang diterima oleh Muhammad saw., kelemahan demikian dapat digunakan Iblis untuk merusak Islam dengan kedok membela Islam, agar kita tidak terjebak dan diperalat Iblis untuk itu perlu kewaspadaan dan mengkaji kembali tentang Al Qur’an.
Mengingat Ibadah haji yang dijalankan oleh Umat Islam sekarang cenderung pada ria’ dan banyak diantara mereka setelah menunaikan Ibadah Haji, keluarganya berakhir dengan penderitaan, karena itu apa tidak sebaiknya sebelum menjalankan Ibadah Haji perlu dipikirkan dampaknya, bagi dirinya maupun keluarganya.
Manakah yang lebih bermanfaat dari pada mudharatnya, memilih perbaikan ekonomi keluarga, anak dan cucunya atau berhaji tetapi berakibat kehancuran ekonomi keluarga, pendidikan anak terlantar dlsb, semuanya terserah pembaca sendiri untuk memilihnya.
Tentunya pahala lebih besar jika mengutamakan kesejahteraan keluarga dari pada berhaji tetapi menterlantarkan keluarga. Berhaji dengan berakibat menterlantarkan keluarga merupakan perbuatan dholim pada keluarga.
Manakah ibadah yang lebih mulia, menunaikan ibadah haji atau membantu mengentas kemiskinan orang miskin dan kelaparan disekitar kita.
Dengan menyampaikan sejarah Arabia sebelum dan setelah Islam diharap pembaca dapat lebih jernih dalam mempelajari Islam dan tidak mengedepankan emosi yang berlebih-lebihan.
Marilah kita bersama-sama membangun kerukunan dan memikirkan masa depan bangsa, negara serta anak cucu kita agar tidak menjadi bangsa yang dinista dan miskin. .............. AMIN
DAFTAR BACAAN
1. Arthur J. Arberry, Religion in the Middle East (London : Cambridge University Press, 19-69), II:3.
2. Abullaits Assamarqandi “ TANBIHUL GHAFI -LIN “ Peringatan Bagi yang lupa ( 1-2 ) Alih Bahasa Bahreisy, Salim, Suarabaya PT. Bina Ilmu 1992.
3. Caesar Farah, Islam : Beliefs and Observati -on (New York: Barrons, 1987), p.28.
4. Henry Preserved Smith, The Bible and Islam: or, The Influence of the Old and New Testa- ment on the Relagion of Mohammed (New York: Charles Scribner’s Sons, 1897), p. 102.
5. Hurgronji, Mohammedanism (Westport, CT: Hyperion Press, 1981) p. 46.
6. Surin, Bachtiar “ Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an “ 30 Juz Huruf Arab & Latin.
7. Syaikh Salim bin Ied Al Hilali “ Syarah Riya- dhush Shalihin Judul Asli Bahjatin Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin “ Bogor. PT. Pus -taka Imam Asy-Syafi’i.
8. Syaikh Salim bin Ied Al Hilali “ Ensiklopedi Larangan Menurut Al Qur’an dan As-Sunnah Bab Fiqih “.Bogor. PT. Pustaka Imam Asy-Syafi’i. 2005.
9. William Montgomery Watt, Muhammad’s Mec-ca, p. Vii. See also his article, “Beliefs in a High God in PreIslamic Mecca,“ Jurnal of Se-mitic Studies, vol. 16, 1971, pp. 35-40.
10. Encylopedia of World Mythology and Le-
gend, 161.
11. The Encyclopedia of Islam, ed. Cyril Classe ( London : Stacey Inter., 1989 ), p. 179.
12. The Encylopedia of Islam, eds, Gibb, Levi-Pro vencial, Schacht ( Laiden : J. Brill, 1913, I : 543-147.
Allah Berfirman :
... barang siapa yang berhukum, tidak menurut Firman Allah *), mereka itu adalah orang-orang kafir. ( QS. 5 - Al Midah 44 )
• ) Menambah atau mengurangi apa-apa yang diharamkan maupun apa - apa yang dihalalkan Allah, dan mengikuti pendapat manusia (apapun dan siapapun, bahkan Rasulullah s.a.w. sendiripun dilarang Allah swt.)
Allah berfirman :
Kalau kamu menuruti kemauan manusia yang ada dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari syariat/hukum Allah Mereka tiada lain hanya mengikuti prasangka dan mengadu untung dengan menampilkan kebohongan. Ikutilah apa-apa yang diturunkan kepadamu dari Allah, dan janganlah kamu ikuti selain Allah. (QS. 6 - Al An’aam – 116).
Tiada seorangpun didunia ini yang boleh meng halalkan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan tiada seorangpun yang boleh mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah dan apa-apa yang tidak dilarang atau tidak diharamkan Allah, itu halal atau boleh hukumnya.
Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu mengharamkan sesuatu, baik yang merangsang selera maupun kepuasan yang telah diha- lalkan Allah untukmu, namun janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. 5 - Al Maidah – 87).
Allah Berfirman :
........ mereka yang beriman kepada kitab yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur’an dan kitab–kitab yang telah diturunkan sebelummu (Zabur, Taurat, Injil), serta percaya adanya kehidupan akhirat, mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah dan merekalah orang-orang yang beruntung ( selamat dunia dan akhiratnya ). ( QS 2 - Al Baqarah 4-5 ).
...... * ) orang-orang yang mengharamkan membaca Zabur,Taurat, Injil, dengan alasan apapun juga, maka mereka itu digolongkan orang-orang fasik (pendusta/pembohong) alias Kafir, demikian juga dengan pengikut-pengikut
1. Sejarah Arabia sebelum Islam
Aspek masyarakat kesukuan pada jaman Arabia pra/sebelum Islam menjadi acuan/petunjuk dari banyak hal yang dapat ditemukan dalam Islam masa kini.
Moral Arabia pada waktu itu membenarkan suku/kabilah-satu menyerang kepada suku/kabilah yang lain dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan, istri, dan budak-budak, sehingga menyebabkan disana terus menerus terjadi peperangan antar suku/kabilah, suku-suku padang pasir Arabia menganut aturan “ mata ganti mata, gigi ganti gigi “.
Sistem hukum yang kejam demikian diikuti oleh suku-suku Arabia pengembara dan bagi mereka memotong tangan, memotong lidah, memotong telinga, memotong kaki atau kepala orang dan bahkan mencukil matapun dianggap sesuatu yang wajar-wajar saja.
Memaksa orang menjadi budak atau menculik para wanita dan menjadikan mereka harem/selir, memperkosa semuanya dianggap patut-patut saja.
Wanita sangat tidak mempunyai hak apapun juga, hidupnya hanya menjadi obyek dan budak pemuas nafsu sex laki-laki saja.
Keadaan dan kondisi Arabia yang keras menciptakan masyarakat kesukuan keras pula, akhirnya tindakan kekerasan menjadi norma atau kebiasaan dalam kehidupan mereka hingga kini.
Sebuah contoh di abad modern, ketika Paus Benedictus XVI di Roma, menyatakan “Islam identik dengan kekerasan ”, maka hal demikian sudah menimbulkan gelombang protes yang luar biasa oleh umat Islam diseluruh Dunia.
Pengenaan Fatwa mati yang mengenaskan bagi Salman Rushdie juga merupakan contoh dari tindakan kekerasan Arab yang dilakukan di alam modern ini, dihukum mati karena menulis buku yang mengungkapkan hal-hal yang tidak menguntungkan Islam.
Sebaliknya orang Islam dengan seenaknya menghujat penganut agama lain sebagai aliran sesat, orang kafir atau digolongkan fasik dengan tanpa merasa bersalah dan bahkan sangat bangga jika menghujat dan memusuhi agama lain, benarkah perintah Allah demikian ?
Sejarah dan penemuan-penemuan para arkeolog seringkali mementahkan pengakuan-pengakuan relegius.
Demikian pula dengan sejarah Arabia sebelum Islam, diungkap berdasarkan peninggalan sejarah dan penemuan-penemuan para arkeolog dapat menunjukkan bahwa Dewa Bulan yang disebut Allah, merupakan Dewa Ter-Besar/Ter-Mulia dari pada Dewa-Dewa lainnya, demikian menurut penganut kepercayaan/agama Pagan yang ajarannya disebut Paganisme, kepercayaan/agama nenek moyang Arabia termasuk kabilah Kuraisy, kabilahnya Muhammad saw.
Menurut mereka Dewa Bulan yang juga disebut dengan Allah adalah Dewa laki-laki kawin dengan Dewi Matahari (perempuan) dan bintang-bintang adalah anak-anak perempuan Dewa Bulan atau Allah.
Dewa Bulan/Allah dalam menjalankan kekuasaannya untuk mengawasi dan mengatur Jagad Raya ini dibantu oleh Dewa-Dewa pembantu yang mempunyai tugas dan jabatan masing-masing yang telah diatur secara sistematis dan tidak berubah-ubah sampai hari kiamat.
Kelak dalam Islampun Allah s.w.t. dalam menjalankan kekuasaannya untuk mengawasi Jagad Raya ini juga dibantu oleh Malaikat-Malaikat yang mempunyai tugas dan jabatan masing-masing yang telah diatur secara sitematis dan tidak berubah-ubah sampai akhir jaman.
Sejarah dan para arkeolog mengungkapkan tempat-tempat pemujaan Dewa Bulan terdapat diseluruh Timur Tengah, mulai dari gunung-gunung di Turki sampai ketepi-tepi pantai Sungai Nil.
Agama kuno yang paling luas dan paling banyak penganutnya adalah agama Pagan/Paganisme penyembah Dewa Bulan/Allah.
Suku Sumerian, sebagai komunitas pertama yang mengenal peradaban tulis menulis, mewariskan ribuan lempengan tanah liat yang mendiskripsikan kepercayaan/agama mereka.
Suku kuno Sumerian menyembah Dewa Bulan/Allah dengan banyak nama dan nama-nama yang terpopuler saat itu antara lain ; Nanna, Suen dan Asimbabbar dengan simbul-bulan sabit.
Ribuan prasasti yang tertulis pada tembok-tembok dan batu-batu karang di Arabia bagian utara berhasil dikumpulkan demikian juga dengan relief-relief dan mangkuk-mangkuk persembahan dalam pemujaan kepada “ para Putri Dewa Bulan/Allah “ juga telah ditemukan.
Ketiga Putri Dewa Bulan/Allah yaitu Al-Lata, Al-Uzza dan Manat kadang-kadang digambarkan bersama dengan Dewa Bulan/Allah yang ditandai dengan gambar-bulan sabit–diatas gambar mereka.
Bukti-bukti yang terkumpul baik dari Arab Utara maupun dari Arab Selatan mengungkapkan bahwa pemujaan-pemujaan Dewa Bulan/ Allah tetap aktip dilakukan oleh penganut-penganutnya dan bahkan pada jaman Muhammad saw. itupun masih tetap merupakan upacara keagamaan yang dominan.
Dewa Bulan disebut Al-ilah “ Dewata” yang disingkat menjadi Allah artinya dewa paling utama dan paling tinggi dari semua dewa-dewa.
Orang-orang Arab penganut agama Pagan/Paganisme penyembah berhala menggunakan nama Allah/Dewa Bulan sebagai tanda ketaatan mereka kepada Allah/Dewa Bulan antara lain ayah Muhammad saw. (Abdullah = abdi Allah/Dewa Bulan) dan pamannya dengan nama Obied Allah.
Sampai hari ini nama-nama penyembah bulan, penyembah matahari, penyembah bintang masih dipakai oleh orang-orang Arab, karena pada umumnya mereka tidak mengerti artinya seperti ;
Komarudin ( Agama Penyembah Bulan )
– Komarun = Bulan – Dinun = Agama.
Syamsudin ( Agama Penyembah Matahari )
- Syamsu = Matahari – Dinun = Agama.
Najamudin ( Agama Penyembah Bintang )
- Najmun = Bintang – Dinun = Agama.
Ritual penganut agama Pagan/Paganisme, mereka beberapa kali dalam sehari menyembah Dewa Bulan/Allah, menghadap ke Mekkah bagi mereka yang tinggal diluar Mekkah, dan menghadap ke Ka’bah bagi mereka yang tinggal di Mekkah.
Paganisme sembahyangnya menghadap ke-Mekkah dan Ka’bah karena disanalah disemayamkan Dewa Bulan/Allah.
Mereka berziarah ke Mekkah, 7 (tujuh) kali menglilingi Ka’bah dengan telanjang bulat alias tanpa busana, mencium batu hitam (Hajar Aswad), menyembelih hewan untuk dikorbankan kepada Dewa Bulan/Allah, melempari Iblis (roh jahat) dengan batu.
* ) kelak ritual demikian disempurnakan dalam Islam ketika berhaji, dengan cara mengelilingi Ka’bah ( Baitullah ) sebanyak 7 (tujuh) kali dengan menggunakan baju iqrom tanpa jahitan dan tidak menggunakan celana dalam maupun celana, kemudian setelah itu lari-lari mengejar dan melempari Iblis (roh jahat) dengan batu kecil (kerikil) yang sekarang disebut lempar jumroh.
** ) Dalam Islam Ka’bah (batu meteor berbentuk kubus) bukan lagi dianggap sebagai Dewa Bulan/Allah, tetapi diyakini sebagai Baitullah (Rumah Allah) yang tetap dikeramatkan dan dijaga kesuciannya serta merupakan kiblat/arah Sholat/Sembahyang pemeluk Islam.
Tiap-tiap bulan Ramadhan mereka berpuasa yang diawali munculnya bulan sabit dan diakhiri dengan munculnya bulan sabit berikutnya.
Saat Ka’bah dibangun, waktu itu Mekkah hanya dihuni oleh kabilah Amalekit dan Jurhum.
Setelah Ka’bah dikuasai kabilah Qushay, barulah Mekkah menjadi semakin berkembang menjadi ramai dikunjungi dan ditinggali oleh kabilah-kabilah lain yang sebelumnya Mekkah masih terbelakang dalam segala hal.
Orang-orang Arab beranggapan menyembah hajar aswad (batu hitam/meteor dari langit) yang diletakkan di dalam Ka’bah masih belum cukup, sehingga mereka mengambil batu-batu lain yang berada didalam atau disekitar Ka’bah atau batu-batu gunung yang dianggap bertuah dan berkhasiat yang dapat menambah kekuatan dan keberhasilan mereka.
Penyembahan terhadap Dewa Bulan/Allah berkembang jauh melampaui batas wilayah penyembahan Dewa Bulan/Allah di Arabia.
Bulan Sabit merupakan lambang penyembahan kepada Dewa Bulan/Allah waktu itu.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka Mekkahpun mengalami perkembangan, menjadi semakin ramai dikunjungi orang, baik sekedar lewat atau beribadah di-Baitulllah maupun yang ingin menetap disana.
Karena yang menjadi pusat perhatian di Mekkah waktu itu adalah Ka’bah, maka yang ingin menjadi penguasa atau yang ingin menguasai Ka’bah juga menjadi semakin banyak, karena mempunyai nilai ekonomis dan sumber kehidupan, khususnya kabilah Kuraisy.
Rebutan ingin menjadi penguasa Ka’bah bukan saja terjadi diantara kabilah dengan kabilah, tetapi juga terjadi didalam kabilah-kabilah itu sendiri yang ingin menjadi penguasa Ka’bah, kelak komunitas Islampun terlibat dalam perebutan untuk menguasai Ka’bah.
Menjelang Nabi Besar Muhammad saw. , Ka’bah tersebut dibawah kekuasaan Abd’l Muttalib (Kakek Nabi Besar Muhammad saw.)
Mekkah dimana tempat beradanya Ka’bah sebagai rumah suci atau pusat peribadatan menjadi semakin maju dan ramai, akhirnya menimbulkan iri pada daerah-daerah lain, kemu-dian mereka beramai-ramai mendirikan rumah suci sebagai tempat beribadah yang menyamai Ka’bah di Mekkah atau mereka bermaksud ingin menggantikan Ka’bah di Mekkah agar memalingkan perhatian dari Ka’bah di Mekkah ketempat mereka.
Bahkan Abraha yang menghiasi rumah sucinya di Yaman dibuat dan dihiyasi dengan barang-barang yang mewah dan mahal-mahal, untuk mengalihkan perhatian mereka dari Ka’ bah di Mekkah agar beralih ketempat suci yang mereka buat, tetapi usaha mereka tetap tidak berhasil.
Orang Yaman sendiri datang ke Ka’bah di Mekkah, karena mereka berkeyakinan jika tidak berziarah dan beribadah ke Ka’bah di Mekkah, maka ibadahnya tidak syah.
Oleh karena keyakinan orang-orang tidak berubah atau tidak berpaling dari Ka’bah di Mekkah, maka Abraha sipenguasa Nagus itu bermaksud akan menghancurkan Ka’bah (Baitulllah) di-Mekkah, ia mengirimkan pasukannya dengan naik Gajah dan waktu itu Ka’bah dikuasai oleh Abd’l Muttalib kakek Nabi Besar Muhammad saw.
Pasukan Abraha yang naik gajah untuk menghancurkan Ka’bah tidak berhasil, karena pasukan gajah tersebut sebelum menghancurkan Ka’bah, telah diserang oleh wabah penyakit cacar dan bahkan Abraha sendiri mati karena terserang penyakit cacar *) itu juga.
* ) dalam Al Qur’an dikiyaskan sebagai serangan batu dari Neraka yang dibawa oleh rombongan/segerombolan burung ( Ababil ).
Peristiwa itu kemudian dikenal dan dinamai oleh orang Arab sebagai Tahun Gajah ( 570 M ) dan diabadikan dalam Al Qur’an.
Peristiwa itu sendiri semakin memperkuat posisi Mekkah sebagai kota suci dan menambah keyakinan orang-orang Arab atas berhala-berhala disekitar atau yang berada di Ka’bah itulah yang telah menyelamatkan dari bencana kehancuran Ka’bah.
Kebiasaan mereka minum-minuman keras, bermabuk-mabukan disekeliling Ka’bah semakin menjadi–jadi, berhala-berhala menjadi semakin banyak, kedzaliman semakin merajalela, kemerosotan moral tidak terbendung, tipu menipu, kebohongan dalam segala bidang merupakan hal yang biasa dalam kehidupan mereka, hubungan sex bebas, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis, tukar menukar pasangan maupun pergantian pasangan bukan barang tabu lagi bagi kehidupan di Mekkah baik di-dalam Ka’bah maupun diluar lingkaran Ka’bah disaat itu.
Kelak setelah Islam menjadi besar dan kuat, maka Ka’bah (Baitullah) direbut dan dikuasai Islam, kemudian ritual kaum paganisme (penyembah/pemuja batu-batu langit, bintang dlsb ) yang dahulunya dilakukan dengan bertelanjang bulat waktu mengelilingi Baitullah/Ka’bah disempurnakan dengan menggunakan baju iqrom yang tidak dijahit dan tidak diperbolehkan memakai celana maupun celana dalam.
Sedangkan ritual pengikut Paganisme melempari Iblis dengan batu kecil/kerikil tetap dipakai sampai sekarang yang kemudian disebut melempar jumroh, dan penghormatan mencium hajar aswad ketika berhaji tetap dianut dan dilakukan oleh pengikut-pengikut Islam sampai sekarang.
Demikian juga kebiasaan orang Arabia atau ritual pengikut Paganisme puasa di Gua Hira di bulan Ramadhan, disempurnakan oleh Islam menjadi puasa diluar gua Hira tetapi tetap dilakukan di bulan Ramadhan dengan kurun waktu yang sama dengan pengikut Paganisme yakni selama 30 ( tiga puluh ) hari.
Dalam Al Qur’an terdapat juga ayat-ayat yang mengagung-agungkan benda-benda angkasa, antara lain ;
........... Demi bulan, yang terang ........... dst.
( QS 74 – Al Muddatstsir – 32 )
........... Demi benda-benda angkasa yang beredar dengan kecepatan tinggi ......... dst.
( QS 79 – An Naazi’aat – 1 s/d 5 )
........... Aku ( Allah ) bersumpah dengan gugusan bintang-bintang, yang timbul dan tenggelam ............................................... dst.
( QS 81 – At Takwir – 15 s/d 18 )
........... Maka Aku ( Allah ) bersumpah de-ngan mega lembayung di waktu senja.
........... Dengan malam bila telah berselu-bung gelap.
........... Dengan bulan bila sudah purnama.
( QS 84 – Al Insyiqaq – 16 s/d 18 )
........... Demi Langit yang mempunyai gu-gusan bintang. ( QS 85 – Al Buruj - 1 )
........... Demi langit dan bintang kemintang
( QS 86 – Ath Thariq – 1 )
2. Sejarah Arabia setelah Islam
Keingkaran Manusia dizaman atau dimasa apa saja tetap ada, tetapi cara menghukum atau memberi adzab sudah sangat berbeda dengan masa-masa sebelum diutusnya junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw.
Meskipun Muhammad s.a.w. telah menerima Wahyu Illahi dan sebagai Rasulullah, tetapi orang Arabia waktu itu masih menyembah Dewa Bulan yang juga disebut Allah, benda-benda langit, batu-batuan baik berbentuk maupun tidak berbentuk yang dianggap keramat atau dikeramatkan sendiri oleh mereka.
Cerita-cerita Mistik, cerita-cerita Legenda, jimat-jimat sangat melekat pada mereka sebagaimana cerita Aladin dengan lampu wasiatnya dan raksasa terbang.
Ali Baba dengan gua ajaib dan pintunya baru dapat dibuka dengan kata-kata atau doa-doa tertentu yang berisi harta hasil rampokan perampok sehingga Ali Baba yang tadinya miskin mendadak menjadi kaya raya.
Cerita-cerita asal mula air zam-zam bera-sal dari kaki Ismail as. diwaktu kecil yang menendang-nendang tanah kemudian keluar air, kini disebut sumber air zam-zam.
Cerita Nabi Ismail as. ketika hendak dijadikan kurban oleh Nabi Ibrahim as. disaat akan disembelih kemudian tiba-tiba muncul kambing sebagai penggantinya.
Abunawas, karpet terbang, raksasa mata tiga dan lain-lain cerita legenda atau mistik yang senada.
Kepercayaan demikian masih terbawa pada Komunitas Islam yang mempercayai tulisan-tulisan ayat-ayat Al Qur’an dapat membawa berkah atau mengusir setan jika dibawa atau dikalungkan dilehernya dan bahkan di Indonesia tulisan Arab dianggap keramat.
Tiap bulan Ramadhan mereka mengikuti kebiasaan agama Pagan/Paganisme/agama nenek moyangnya Arabia termasuk agama kabilah Kuraisy, yang selalu mengasingkan diri dan bertapa/puasa mencari kesunyian dan ketenangan batin di Gua Hira,
Bahkan Muhammad s.a.w. sendiripun sebelum menjadi Rasulullah, juga membiasakan diri bertapa/berpuasa dan menenangkan diri di-gua tersebut pada tiap-tiap bulan Ramadhan, sebagaimana disebutkan ketika pertama kali beliau menerima wahyu Illahi juga di gua Hira.
Tiap-tiap bulan Idul Adzha kaum Paganisme menjalankan ritual dengan telanjang bulat mengelilingi Ka’bah/hajar aswad (batu hitam berbentuk kubus dari langit/Meteor) yang dianggap sebagai Allah atau Dewa Bulan, Dewa Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha segala-galanya dari antara Dewa–Dewa lainnya yang mengelilingi Ka’bah. Setelah itu mereka berlari-lari mengejar Iblis (roh jahat) sambil melemparinya dengan batu kecil/kerikil kearah setan tersebut.
Kemudian ritual kaum paganisme yang dahulunya dilakukan dengan bertelanjang bulat waktu mengelilingi Baitullah/Ka’bah, disempurnakan Islam dengan menggunakan baju iqrom yang tidak dijahit dan tidak diperbolehkan memakai celana maupun celana dalam sedangkan ritual pengikut Paganisme melempari Iblis dengan batu kecil/kerikil tetap dipakai sampai sekarang yang kemudian disebut dengan lempar jumroh.
Sedangkan waktu ritual menghormati atau mencium hajar aswad dan banyaknya kaum Paganise mengelilingi Ka’bah dan melempari Iblis dengan batu kecil/kerikil tetap dipakai oleh orang Islam sampai hari ini.
Demikian juga kebiasaan orang Arabia atau ritual pengikut Paganisme puasa di Gua Hira dibulan Ramadhan, disempurnakan oleh Islam menjadi puasa diluar Gua Hira tetapi tetap dilakukan di-bulan Ramadhan dengan kurun waktu yang sama dengan pengikut Paganisme yakni selama 30 ( tiga puluh ) hari, termasuk cara menetapkan awal puasa dan mengakhiri puasa diawali dengan munculnya bulan sabit dan diakhiri dengan munculnya bulan sabit berikutnya.
Perhitungan hari berdasarkan peredaran bulan penganut Paganisme, tetap dipakai oleh orang Arabia & Islam sampai sekarang yang waktu itu bulan dipercaya sebagai Dewa Laki-laki dan Matahari dipercaya sebagai Dewa Perempuan atau Dewi.
Awal mula penyebaran Agama Islam, Muhammad s.a.w. menyebarkan dengan santun dan penuh toleransi dengan Agama lain, bahkan minta perlindungan pada orang-orang Yahudi dan Nasrani ketika masih dimusuhi oleh Kabillah Kuraisy, hubungan baik dengan Nasrani diabadikan dalam Al Qur’an ( QS 5 – Al Maidah – 82 ).
Tidak ada paksaan dalam beragama ........ .dst. ( QS 2 - Al Baqarah – 256 ).
........... Aku tidak menyembah yang kamu sembah, dan kamu tidak menyembah yang aku sembah, agamamu agamamu, agamaku agamaku. ( QS 109 – Al Kafirun - 1 s/d 6 )
Firman Allah semuanya untuk memperbaiki akhlaq Manusia. Allah tidak akan mengirimkan utusannya jika Manusia tidak terlalu rusak akhlaqnya.
Tugas Nabi dan Rasulullah hanyalah menyampaikan Firman-Firman Allah, mengajak secara damai untuk menyembahNya serta berbuat kebajikan dimuka bumi ini, untuk baik kepada Allah, baik kepada sesama Manusia , baik kepada seluruh makhluk ciptaan Allah, kecuali setan karena jelas musuh Manusia.
Tetapi setelah Islam berkembang dan kuat maka Islam berubah menjadi keras terutama pada orang-orang yang dianggap kafir, sebagaimana Firman Allah dibawah ini ;
“ Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir dalam medan pertempuran, maka pancunglah batang lehernya. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyianyiakan amal mereka. (QS 47 – Muhammad - 4)
..................... maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan....... ( QS 9 – Baraa-ah – 5 )
“ Kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka .............. Maka bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka. (QS 8:12;17)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat kekerasan yang senada dapat ditemukan di Al Qur’an , antara lain : QS 2:190 – QS 4:76 - QS 5:33 - QS 8:60 – QS 9:5 - QS 9:14 – QS 9:29 – QS 9:38 – QS 9:41 - QS 9:73 QS – QS 48:29 dan lain-lain.
Rasisme dan rasa superior serta mengharamkan Demokrasi ditanamkan pada pemeluk Islam, antara lain :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu : sebahagian mereka adalah pemimpin sebahagian yang lain. Barang siap diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka ............... “ ( QS 5 – Al Maidah - 51 )
................... barang siapa yang berhukum, tidak menurut Firman Allah ( Al Qur’an ), mereka itu adalah orang-orang kafir. (QS. 5 - Al Midah 44)
Muhammad saw. yang merasa belum kuat, pengikutnya masih sedikit dan untuk menyelamatkan diri dari kejaran Kabillah Kuraisy kemudian hijrah ke Medinah, disini Islam diterima oleh orang-orang Medinah, dengan dukungan orang-orang Medinah, dibawah perlindungan Yahudi dan Nasrani, Islam menjadi be-sar dan kuat serta banyak pengikutnya.
Setelah Islam menjadi besar, kuat dan banyak pengikutnya, didahului pengusiran Yahudi dari Medinah maka mulailah Islam melakukan penyerangan pada Kafilah/rombongan pedagang pada hari yang telah disepakati sebagai hari perdamaian di Arabia, kemudian hartanya dirampas dianggap sebagai harta rampasan perang.
Atas tindakan penyerangan dimasa damai itulah, maka Islam mendapat kutukan dari komunitas Arabia, karena Islam dianggap telah merusak hari perdamaian yang seharusnya tanpa ada perang dimasa damai, peristiwa tersebut dikenal dengan Serangan Nakhla.
Ketika Muhammad s.a.w. hendak mempengaruhi Yahudi agar masuk Islam, maka kiblat sholatnya diperintahkan menghadap ke Yerusalem dan hari Sabbat Yahudi digunakan sebagai hari sholat bersama (berjama’ah), setelah ternyata Kaum Yahudi tidak ada yang memeluk Islam, kemudian Kiblat (arah Sholat) dirubah menjadi berkiblat ke-Ka’bah di Mekkah dan hari sholat bersama (berjama’ah) menjadi hari Jum’at mengikuti Sembahyangnya Agama Pagan/Paganisme dalam rangka mempengaruhi Kabillah Kuraisy penganut Paganisme, agar memeluk Islam.
Al Qur’an baru disusun dan dikodifikasi/dibukukan 40 tahun kemudian setelah Muham mad saw. wafat yang dilakukan oleh menantunya sendiri (Usman bin Affan).
Hasil kerja Manusia, siapapun mereka tetap tidak ada yang sempurna, demikian juga dengan kodifikasi/pembukuan Al Qur’an yang dilakukan oleh teamnya Usman bin Affan.
Sangat disayangkan Al Qur’an yang berdasarkan Wahyu Illahi kodifikasi/dibukukan oleh Usman bin Affan tersebut tidak berdasarkan urutan Wahyu Illahi yang diterima oleh Muhammad s.a.w., melainkan disusun berdasarkan panjang pendeknya ayat, sehingga dapat menimbulkan bermacam-macam pertanyaan tentang keaslian Wahyu Illahi dalam Al Qur’an, karena ada kemungkinan ada Wahyu Illahi yang sengaja dibuang atau dihilangkan karena dianggap merugikan pihak - pihak tertentu dan ada kemungkinan disusupi surat-suratan yang dianggap menguntungkan, mengingat Arabia tidak pernah ada perdamaian sampai hari ini, sedangkan naskah atau tulisan Wahyu Illahi saat Muhammad saw. masih hidup, sudah dimusnahkan berdasarkan perintah Usman bin Affan.
Kodifikasi demikian mengundang banyak kelemahan dan kekurangan sehingga juga menimbulkan keragu-raguan serta membingungkan karena itu perlu kerja keras untuk mempelajari atau menggali isinya.
Komentar ilmuwan Muslim, Ali Dasti sendiri mengeluhkan betapa rendahnya mutu kesusastraan Al Qur’an, sebagai berikut :
“ Patut disayangkan bahwa pengeditan Al Qur’an sangat jelek dan susunan isinya sangat tidak teratur. Semua siswa dalam mata pelajaran Al Qur’an menyayangkan mengapa para editor Al Qur’an tidak menggunakan metode yang logis dan yang biasa digunakan dalam menyusun urutannya menurut waktu wahyu tersebut diterima. Kenapa tidak mengikuti susunan kronologis seperti halnya teks Al Qur’an yang hilang milik Ali bin Abi Thalib. “
Penyebaran Islam oleh Muhammad saw. melalui 2 periode, periode pertama berada di Mekkah berjalan kurang lebih 10 tahun sebelum th. 612 sesudah Masehi dan periode ke dua dipusatkan di Medinah berjalan kurang lebih selama 10 tahun sampai dengan wafatnya Muhammad saw. tahun 623 sesudah Masehi.
Muhammad saw. tidak dapat membaca dan menulis, maka setiap wahyu yang diterima selalu dituliskan oleh sahabat-sahabatnya yang dicatat dan ditulis diatas bahan-bahan seadanya.
Mandudi ilmuwan Muslim kaliber internasional mengakui bahwa, Wahyu Illahi yang diterima Muhammad s.a.w. aslinya ditulis pada daun-daun kurma, kulit-kulit pohon, tulang-tulang dan lain sebagainya, apabila Wahyu diterima disekelilingnya tidak ada benda-benda yang dapat ditulisi, maka Wahyu Illahi tersebut dihafalkan oleh sahabat-sahabat Muhammad s.a.w.
Al Qur’an dikumpulkan dari yang dituliskan pada lapisan luar benda-benda atau apapun yang dapat ditemukan, dari potongan-potongan papirus, batu-batu yang rata, daun palem, tulang-tulang binatang, kulit-kulit binatang dan dari hafalan-hafalan orang-orang yang mengetahui.
Beberapa kesulitan yang dihadapi sewaktu mengumpulkan Wahyu-wahyu Illahi yang diterima Muhammad saw. karena orang yang mengetahui atau hafal surat-surat tertentu telah meninggal dalam peperangan sebelum sempat menyalin apa yang telah didengar/diketahui.
Pengumpulan bahan-bahan Al Qur’an berlangsung beberapa tahun dan banyak masa-lah yang timbul. Disamping catatan-catatan asli banyak yang hilang karena ditulis pada bahan-bahan yang mudah pudar, juga daya ingat dan hafalan manusia antara satu dengan lainnya kemampuannya tidak sama.
Al Qur’an disusun tidak berdasarkan pola narasi sejarah yang runtun sehingga kita tidak dapat mengikuti kehidupan, tindakan-tindakan dan pengajaran-pengajaran yang dilakukan Muhammad saw. sejak dari awal sampai akhir.
Kita dihadapkan pada kumpulan Surat-surat yang tidak menggambarkan adanya pola penyusunan yang baik dan wajar, sehingga sangat mudah untuk dihilangkan atau disusupi oleh berbagai-bagai ajaran dan kepentingan pribadi maupun golongan disaat dilakukan kodifikasi/dibukukan maupun setelahnya.
Al Qur’an tidak dapat diteliti atas Wahyu-wahyu Illahi yang dihilangkan maupun yang disusupkan, karena tidak tersusun berdasarkan urutan Wahyu yang diterima Muhammad s.a.w. sedangkan catatan aslinya sudah terlanjur dimusnahkan dan yang hafal sudah meninggal.
Akhirnya masalah perbedaan diselesaikan atau dipecahkan dengan secara kekerasan pisik dan memaksa orang-orang untuk menggunakan hanya salah satu versi saja, sedangkan versi-versi lain harus dihancurkan atau dimusnahkan ketika Al Qur’an sudah terkodifikasi/dibukukan.
Menurut perkembangannya, ritual paganisme oleh kaum Muslim diakui/diklaim sebagai ritual yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a. s. dan Nabi Ismail as. ketika selesai membangun Ka’bah.
3. Perkembangan Islam di Arabia
Sejak dahulu kala dan dijaman apa saja namanya perbedaan sudah ada dan selalu ada dimana-mana dengan nuansa dan cara berbeda pula.
Perbedaan merupakan rahmat jika orang-orang yang berbeda pendapat telah memperoleh pencerahan. Perbedaan terjadi karena alat atau ukuran yang dipakai sebagai pembenar berbeda, sebagaimana kisah-kisah ;
Habil dengan Qabil timbul perbedaan karena ukuran pembenarnya berbeda, karena perbedaan tidak dapat terselesaikan dengan baik maka terjadilah pembunuhan, Habil dibunuh Qabil.
Nabi Ibrahim as. dengan Raja Namrud karena berbeda ukuran pembenarnya dan perbedaan tidak terselesaikan, maka Nabi Ibrahim as. dihukum bakar, karena dianggap salah dan menyebarkan ajaran sesat, waktu itu.
Nabi Musa a.s. dengan Raja Fir’aun karena berbeda ukuran pembenarnya dan perbedaan tidak terselesaikan, maka Nabi Musa a.s. dikejar-kejar hendak dibunuh, dianggap salah karena ajarannya dinilai ajaran sesat waktu itu.
Nabi Isa as. dengan Raja Herudes, karena ukuran pembenarnya berbeda dan perbedaan tidak terseleselaikan, maka Nabi Isa as. yang oleh penganutnya disebut Yesus dihukum mati dengan di Salip, dianggap bersalah karena mengajarkan ajaran sesat, waktu itu.
Nabi Muhammad saw. dengan kabilah kuraisy,karena ukuran pembenarnya berbeda dan perbedaan tidak terselesaikan, maka Nabi Muhammad saw. dikejar-kejar akan dibunuh, dianggap bersalah karena menyebarkan ajaran sesat, waktu itu.
Nabi Khidir dengan Nabi Musa, masing-masing ukuran yang dipakai sebagai pebenar berbeda, maka mereka berdua berakhir dengan perpisahan.
Penyebab perbedaan sangat beragam dapat karena sumber-sumber atau dasar pengetahuan yang diperoleh juga berbeda, demikian pula cara menyikapi dan pola berpikirnya. Tetapi sering kali perbedaan pendapat dikemas untuk kepentingan perebutan kekuasaan yang berujung pada pengumpulan harta, sehingga yang berseberangan pendapat dan lemah, dilibas habis oleh yang kuat, sebagaimana kisah-kisah, Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as., Nabi Isa as. dan Nabi Muhammad saw. tersebut diatas.
Kisah-kisah pelibasan yang lemah oleh yang kuat karena perbedaan pendapat, tidak berhenti pada kisah Nabi Muhammad s.a.w. saja, bahkan sampai sekarangpun masih sering dijumpai hal serupa, hanya dibedakan oleh nuansa dan caranya.
Semua manusia mengalami dan mempunyai tujuan sama. Semua manusia mengalami suka-duka, sakit-segar dan lain sebagainya, demikian dengan tujuannya sama pula, yakni ingin sehat jasmani-rohani dan bahagia baik di-dunia maupun diakhirat.
Sepeninggal Rasulullah saw., penyebaran Islam keluar dari Arabia bersentuhan dengan budaya non Islam yang sudah mapan, seperti budaya Romawi, persia dlsb.
Islampun bersentuhan juga dengan agama-agama besar di Timur Tengah yang sudah mapan pula antara lain, Kristen, Yahudi dan Majusi. Karena itu tidaklah mengherankan dalam pengembangan berikutnya dalam Islam kemudian muncul berbagai pandangan dan aliran.
Kurang dari seperempat abad setelah wafatnya Rasulullah saw. dijaman kekhafilahan Ali bin Abu Thalib ra. dan kekhalifahan Rasidun ke-4 ( 656-661 M/3641 H ) muncullah pandangan dan aliran dalam Islam yang bersifat politik seperti Sunni (Ahli Sunnah ), Syi’ah dan Khawarij.
Perkembangan berikutnya, Sunni memunculkan berbagai madzab besar maupun kecil, madzab besar antara lain Hanafiah, Malikiyah, Safi’iyah dan Hanbali atau Hanabilah.
Aliran ini mengutamakan Hadis, Madzab *) dan ajaran-ajaran atau buah pikiran Ulama & Umara’ serta orang-orang yang dianggap tokoh atau ditokohkan dalam Islam.
* ) Madzab = ajaran-ajaran, pendapat-pendapat atau buah pikiran Imam, Ulama & Umara’
Paham Syi’ah juga berkembang, mempunyai Madzab atau paham sendiri, demikian juga dengan Syariatnya sedangkan paham Khawarij, menjadi dasar ajaran dan pijakan terorisme di dunia. Banyak sahabat Rasulullah saw. mati dibunuh oleh kelompok Khawarij ini, karena sudah dianggap mengkianati Islam.
Khawarij merupakan aliran cikal bakal terorisme, paham dan ajarannya dijadikan dasar langkah-langkah teror yang ditujukan pada orang-orang yang dianggap kafir atau tidak sejalan dengan paham dan ajarannya, yakni seluruh manusia dimuka bumi ini harus Islam demikian juga dengan umara’nya.
Setelah Islam menyebar semakin luas, kemudian memunculkan berbagai macam Pandangan, dan penafsiran Al Qur’an yang disesuaikan dengan jaman dan lingkungan masyarakatnya.
Dalam prateknya Syariat yang berkembang di masyarakat adalah buah pikiran atau pendapat Imam, Ulama & Umara’ atau orang-orang yang dianggap tokoh atau ditokohkan dalam Islam, tetapi bentuk dan penerapannya disesuaikan dengan daerahnya masing-masing. Hal demikian dapat kita saksikan sebagaimana penetapan awal puasa dan Hari Raya Id-pun ada perbedaan. Banyaknya Rakaat pada shalat tarawih dan bacaan do’a Qunut diwaktu shalat subuh juga terdapat perbedaan dan masih banyak lagi.
4. Alasan Kabillah Kuraisy mengapa tidak memeluk Islam
Muhammad saw. telah berhasil mengubah agama Pagan atau penganut Paganisme di jazirah Arabia dan bahkan bangsa-bangsa di dunia tetapi tidak semua Kabillah Kuraisy dan bangsa-bangsa di dunia serta merta menjadi pengikutnya dengan berbagai-bagai alasan.
Meskipun mereka tidak menjadi pengikut Muhammad saw. tetapi pendapat-pendapat serta alasan-alasan mereka perlu kita kaji, untuk menguji tentang kebenaran Islam sebagai Agama baru di jazirah Arabia yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Seandainya Muhammad s.a.w. pada waktu merubah agama Pagan (Paganisme) yang polytheisme menjadi agama monotheisme deng -an cara menyingkirkan seluruh patung berhala yang berada di Ka’bah, maka tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan dalam menyembah Allah s.w.t.
Kabillah Kuraisy, menganggap ibadah haji yang dilakukan oleh Islam yang menghormati dan disertai dengan mencium Hajar Aswad (batu Meteor), maka ibadah demikian dinilai sebagai menyembah hajar aswad toh tidak ada bedanya dengan agama Pagan (Paganisme yang dianut atau dilakukan oleh kabillah Kuraisy, dan hanya namanya saja dirubah, dahulu Ka’bah disebut Dewa Bulan (Allah) kemudian dirubah menjadi Baitullah (rumah Allah) oleh Muhammad saw.
Ibadah demikian bertentangan sendiri dengan Firman Allah, bagaimana dengan Firman Allah dalam QS. 4 – Annisaa’ 116-117.
Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, yaitu mempersekutukan Dia ( Allah ) dengan yang lain. Dia mengampuni dosa yang lain dari itu bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu ( termasuk Hajar Aswad/batu meteor ), sesungguhnya ia telah sesat jalan sejauh-jauhnya. (QS. 4 – Annissa 116)
Allah berfirman :
Yang mereka sembah selain Allah itu hanyalah benda-benda mati *) Dengan menyembah itu, mereka hanyalah menyembah setan-setan yang durhaka. (QS. 4 – Annissa 117).
*) di Arabia sudah menjadi kebiasaan mengumpamakan perempuan dengan benda-benda mati, dan yang dimaksud disini benda-benda mati adalah Dewa Bulan. Padahal Kabillah Kuraisy juga menyembah Ka’bah (Hajar Aswad/batu meteor) yang dianggap Dewa Bulan atau Allah. Kemudian apa bedanya dengan agama Pagan (Paganisme) ?.
Kabillah Kuraisy menganggap Muhammad saw. pembohong besar dan sesat, karenanya mereka menolak masuk Islam dan berusaha membunuh Muhammad saw. Mereka menganggap Muhammad saw. telah merusak agama nenek moyang mereka dan sekaligus merusak sumber perekonomian Kabillah Kuraisy.
Sumber perekonomian Kabillah Kuraisy sangat mengandalkan penjiarah ke-Ka’bah yang kemudian direbut oleh Muhammad saw. dengan pengikut-pengikutnya.
Disamping Muhammad s.a.w. dituduh telah mengadopsi agama Pagan (Paganisme) dalam Ibadah Haji, mulai dari bulan upacara menghormati (menyembah) Ka’bah, mencium Hajar Aswad, mengelilingi Ka’bah, melem-pari setan dengan batu kerikil (lempar jumroh), menyembelih korban yang dipersembahkan kepada Dewa Bulan (Allah) sampai dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan semuanya dianggap mengadopsi agama Pagan (paganisme).
Disamping itu Muhammad saw. dituduh pula telah mengadopsi Zabur, Taurat dan Injil yang dimasukkan dalam Al Qur’an sebagai Firman Allah, pengadopsian itu melalui paman Istrinya (Khatijah) dan paman istrinya tersebut Waraqah bin Naufal adalah pendeta Kristen yang membantu menenangkan Muhammad saw ketika pertama kali memperoleh wahyu.
Melalui Warakah bin Naufal, sebagian Zabur, Taurat dan Injil dimasukkan dalam Al Qur’an, antara lain Islam mengakui ada 25 ( dua puluh lima Nabi, mulai dari Adam a.s. sampai dengan Nabi Isa a.s. dan yang terakhir Muhammad saw. sendiri, demikian pula dengan pengakuan kitab-kitab Zabur, Taurat dan Injil sebagai Firman Allah, hal ini tersurat dalam QS. 2 – Al Baqarah 4-5.
Allah berfirman :
Dan orang-orang yg beriman kepada wahyu yang diturunkan kepadamu *), serta wahyu-wahyu yang diturunkan sebelum kamu **), dan mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. (QS. 2 - Al Baqarah 4)
*) yaitu Al Qur’an.
** ) Yaitu Zabur, Taurat dan Injil.
Allah berfirman :
Itulah orang-orang yang mendapat petun-juk dari Tuhannya, dan itu pulalah orang-orang yang beruntung. (QS. 2 – Al Baqarah 5)
Demikian juga dengan kisah-kisah Nabi Adam as. dan nabi-nabi lainnya.
5. Ber-tuhan pada sahabat Rasul Ulama & Umara’
Dua puluh lima tahun setelah Muhammad s.a.w. wafat dan munculnya aliran-aliran politik dalam dunia Islam serta terjadinya perebutan kekuasaan atau pengaruh, maka muncul beberapa ajaran-ajaran dari Ulama & Umara’ yang pengaruhnya sangat besar dalam dunia Islam dan bahkan ajaran-ajaran Ulama & Umara’ serta sahabat-sahabat Rasulullah saw. dapat lebih ditaati dari pada mentaati Firman Allah yang ada didalam Al Qur’an.
Dengan mentaati atau mengimani ajaran-ajaran Ulama & Umara’ serta sahabat-sahabat Rasullah saw. terutama dalam penghalalan atau pengharaman diluar Firman Allah swt. yang berada didalam Al Qur’an, maka sama halnya menjadikan mereka tuhan-tuhan selain Allah.
Allah Berfirman :
... barang siapa yang berhukum (memutuskan perkara), tidak menurut Firman Allah *), mereka itu adalah orang-orang kafir. (QS. 5 - Al Midah 44)
• ) Menambah atau mengurangi apa-apa yang diharamkan maupun ap -apa yang dihalalkan Allah, dan mengikuti pendapat manusia (apapun dan siapapun, bahkan Rasulullah saw. sendiripun dilarang Allah swt.)
Allah berfirman :
Kalau kamu menuruti kemauan manusia yang ada dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari Syariat/Hukum Allah Mereka tiada lain hanya mengikuti prasangka dan mengadu untung dengan menampilkan kebohongan. Ikutilah apa-apa yang diturunkan kepadamu dari Allah, dan janganlah kamu ikuti selain Allah. (QS. 6 - Al An’aam – 116)
Beberapa larangan atau perintah yang tidak bersumber dari Al Qur’an, melainkan dari sahabat Rasulullah saw., Ulama & Umara’ antara lain:
1. Larangan atau mengharamkan wanita muslimah kawin/nikah dengan pria non muslim atau ahli kitab.
Allah tidak pernah mengharamkan/melarang perkawinan demikian, karena tidak ada satu ayat maupun surat didalam Al Qur’an yang melarang atau mengharamkannya dan larangan itu hanya dari ajaran atau seruan Ulama & Umara’ yang bertentangan dengan Firman Allah didalam Al Qur’an “ Jika tidak dilarang atau diharamkan Allah, artinya boleh/halal “ para pengikut larangan demikian, sama halnya mereka menjadikan Ulama & Umara’ sebagai tuhannya.
Allah berfirman :
Pada hari ini dihalalkan bagimu makanan yang baik-baik. Makanan orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu sebaliknya makanan kamu halal pula bagi mereka. Dan dihalalkan juga bagimu mengawini wanita-wanita merdeka diantara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelummu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak pula untuk dijadikan gundik. (QS. 5 – Al Maidah- 5).
2. Larangan atau mengharamkan mengucapkan atau membalas salam “ Assalamu’ alaikum “ dari non Islam.
Menurut syariat Allah :
Allah tidak pernah mengharamkan ucapan salam kepada siapapun juga, bahkan diperintahkan untuk membalas dengan salam yang lebih baik, jika mendapat salam.
Allah berfirman :
Barang siapa yang mengerjakan kebajikan seberat zaroh/atumpun Allah akan membalasnya. QS. 99 – 7/8
Menurut Hadis :
Allah berkata kepada Adam: “ Ucapkanlah salam kepada sekelompok malaikat yang sedang duduk ini “ Cobalah dengarkan baik-baik ucapan penghormatan yang mereka ucapkan kepadamu. Ucapan itulah yang akan menjadi ucapan penghormatan untukmu dan anak keturunanmu “ Lalu Adam berkata : “ Assalamu ‘alaikum ! “ (HR. Bukhori 1722)
Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw. : “ Manakah amal Islam yang terbaik ? “ Beliau menjawab : Mem-beri makanan, mengucapkan salam, baik kepada orang-orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal. ( HR. Bukhori 1726 )
Jika engkau diberi salam oleh ahli kitab dengan “ Assamu ‘alaika “ maka jawablah pula dengan “ wa ‘alaika “. ( HR. Bukhori 1843 )
Assamu ‘alaika artinya celakalah kamu. Sedangkan ‘alaika artinya kamu yang begitu/kamu yang celaka.
Menurut pendapat Ulama :
Sebagian Ulama mengharamkan ucapan salam “ Assalamu ‘alaikum ” artinya“ Selamat dan sejahtera “ kepada orang non Muslim.
Tetapi didalam kenyataanya, banyak Ulama yang mengucapkan/memberi ucapan salam Assalamu ‘alaikum dalam pertemuan atau rapat-rapat yang dihadiri pula oleh tokoh-tokoh agama non Islam, meskipun mereka beralasan diberikan kepada kaum Muslim saja, namun kenyataannya yang hadir bukan hanya orang Muslim saja.
Banyak Ulama yang pendapatnya mengharamkan ucapan “ Assalamu Alaikum “ kepada non Muslim tetapi dimedia elektonik (TV – Radio) yang nota bene pendengarnya bukan hanya orang Islam, toh juga mengucapkan salam “ Assalamu “alaikum " kepada para pendengarnya yang nota bene tidak semuanya orang Islam.
Meskipun mereka beralasan hanya ditujukan kepada pendengar atau penonton Muslim saja, tetapi kenyataannya tidak demikian, karena penonton TV maupun pendengar Radio tidak dapat dibatasi agama penontonnya maupun pendengarnya.
Kesimpulan :
Orang Islam tidak diharamkan mengucapkan salam “ Assalamu ‘alaikum ” artinya “ Selamat dan sejahtera ” kepada orang non Muslim.
Syariat Allah dan Hadis tidak mengharamkan orang Islam memberi ucapan salam “Assalamu ‘alaikum“ kepada orang non Muslim “
Menurut Hadis jika orang Muslim diberi salam oleh orang non Muslim dengan ucapan “ Assamu ‘alaika “ yang artinya celakalah kamu maka jawab pula dengan “ ‘alaika “ artinya kamu yang celaka/kamu yang begitu.
Pendapat Ulama yang mengharamkan memberi ucapan salam “ Assalamu ‘alaikum “ kepada orang non Muslim tidak selaras dengan syariat/hukum Allah dan bah-kan bertentangan, karenanya tidak wajib diikuti dan tidak boleh diikuti, lagi pula mereka tidak konsekwen antara ucapan dan perbuatannya.
6. Mengapa Indonesia tertinggal dengan negara lain.
Kekayaan bangsa Indonesia, selama berabad-abad banyak mengalir dan dialirkan keluar negeri dengan berbagai cara, sehingga pada akhirnya Indonesia menjadi bangsa miskin yang mencari hutangan kemana-mana.
Banyak cara orang luar negeri atau bangsa asing untuk menguras kekayaan Indonesia sebagaimana yang dilakukan oleh Belanda, diawali dengan hubungan dagang kemudian berlanjut dengan penjajahan, sampai 350 (tiga ratus lima puluh) tahun, kekayaan Indonesia mengalir ke negeri Belanda untuk membangun Belanda.
Inggrispun juga pernah menjajah Indonesia dan juga menguras habis kekayaan Indonesia untuk membangun negaranya.
Berikutnya bangsa Jepang yang mengaku saudara tua, akan membantu memerdekakan bangsa Indonesia, tetapi dalam kenyataannya Jepang menjajah dan menguras habis kekayaan Indonesia.
Sebelumnya Bangsa Arab melalui saudagar Gujaratnya yang mula-mula juga berdagang, kemudian dilanjutkan oleh Wali-Wali mengajarkan-ajaran agama baru yakni Islam, kemudian dipakai untuk menghancurkan Kerajaan Mojopahit dan dengan lewat ajaran Ibadah Hajinya, kekayaan Indonesia mengalir ke negeri Mekah sampai dengan hari ini.
Uraian sejarah Arabia sebelum dan setelah Islam, khususnya dalam hal penyampaian ritual agama Pagan dan ketidak sempurnaan Al Qur’an dalam penyusunannya tidak berdasarkan urutan wahyu yang diterima oleh Muhammad saw., kelemahan demikian dapat digunakan Iblis untuk merusak Islam dengan kedok membela Islam, agar kita tidak terjebak dan diperalat Iblis untuk itu perlu kewaspadaan dan mengkaji kembali tentang Al Qur’an.
Mengingat Ibadah haji yang dijalankan oleh Umat Islam sekarang cenderung pada ria’ dan banyak diantara mereka setelah menunaikan Ibadah Haji, keluarganya berakhir dengan penderitaan, karena itu apa tidak sebaiknya sebelum menjalankan Ibadah Haji perlu dipikirkan dampaknya, bagi dirinya maupun keluarganya.
Manakah yang lebih bermanfaat dari pada mudharatnya, memilih perbaikan ekonomi keluarga, anak dan cucunya atau berhaji tetapi berakibat kehancuran ekonomi keluarga, pendidikan anak terlantar dlsb, semuanya terserah pembaca sendiri untuk memilihnya.
Tentunya pahala lebih besar jika mengutamakan kesejahteraan keluarga dari pada berhaji tetapi menterlantarkan keluarga. Berhaji dengan berakibat menterlantarkan keluarga merupakan perbuatan dholim pada keluarga.
Manakah ibadah yang lebih mulia, menunaikan ibadah haji atau membantu mengentas kemiskinan orang miskin dan kelaparan disekitar kita.
Dengan menyampaikan sejarah Arabia sebelum dan setelah Islam diharap pembaca dapat lebih jernih dalam mempelajari Islam dan tidak mengedepankan emosi yang berlebih-lebihan.
Marilah kita bersama-sama membangun kerukunan dan memikirkan masa depan bangsa, negara serta anak cucu kita agar tidak menjadi bangsa yang dinista dan miskin. .............. AMIN
DAFTAR BACAAN
1. Arthur J. Arberry, Religion in the Middle East (London : Cambridge University Press, 19-69), II:3.
2. Abullaits Assamarqandi “ TANBIHUL GHAFI -LIN “ Peringatan Bagi yang lupa ( 1-2 ) Alih Bahasa Bahreisy, Salim, Suarabaya PT. Bina Ilmu 1992.
3. Caesar Farah, Islam : Beliefs and Observati -on (New York: Barrons, 1987), p.28.
4. Henry Preserved Smith, The Bible and Islam: or, The Influence of the Old and New Testa- ment on the Relagion of Mohammed (New York: Charles Scribner’s Sons, 1897), p. 102.
5. Hurgronji, Mohammedanism (Westport, CT: Hyperion Press, 1981) p. 46.
6. Surin, Bachtiar “ Terjemahan dan Tafsir Al Qur’an “ 30 Juz Huruf Arab & Latin.
7. Syaikh Salim bin Ied Al Hilali “ Syarah Riya- dhush Shalihin Judul Asli Bahjatin Naazhiriin Syarh Riyaadhish Shaalihiin “ Bogor. PT. Pus -taka Imam Asy-Syafi’i.
8. Syaikh Salim bin Ied Al Hilali “ Ensiklopedi Larangan Menurut Al Qur’an dan As-Sunnah Bab Fiqih “.Bogor. PT. Pustaka Imam Asy-Syafi’i. 2005.
9. William Montgomery Watt, Muhammad’s Mec-ca, p. Vii. See also his article, “Beliefs in a High God in PreIslamic Mecca,“ Jurnal of Se-mitic Studies, vol. 16, 1971, pp. 35-40.
10. Encylopedia of World Mythology and Le-
gend, 161.
11. The Encyclopedia of Islam, ed. Cyril Classe ( London : Stacey Inter., 1989 ), p. 179.
12. The Encylopedia of Islam, eds, Gibb, Levi-Pro vencial, Schacht ( Laiden : J. Brill, 1913, I : 543-147.
Langganan:
Postingan (Atom)